Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Urgensi Penguatan Hubungan Indonesia-AS dalam Dinamika Geopolitik Indo-Pasifik

30 Maret 2024   20:32 Diperbarui: 31 Maret 2024   09:10 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menerima kunjungan Presiden Joko Widodo di Kantor Oval Gedung Putih, Washington DC, AS, Senin (13/11/2023). Foto: AP/ANDREW HARNIK via KOMPAS.id

Kemitraan itu membuka jalan bagi penguatan kerja sama di berbagai bidang, termasuk perdagangan, investasi, pertahanan, dan keamanan maritim. Indonesia juga aktif terlibat dalam berbagai mekanisme kerja sama regional, seperti ASEAN dan East Asia Summit (EAS), untuk mempromosikan dialog dan kerja sama di antara negara-negara di kawasan. 

Presiden Joko Widodo telah menekankan pentingnya sentralitas ASEAN dalam arsitektur regional Indo-Pasifik dan mendorong negara-negara anggota untuk mempertahankan persatuan di tengah persaingan kekuatan besar. Pernyataan itu disampaikan di berbagai forum regional ASEAN dan bilateral antara ASEAN dengan negara-negara mitranya, misalnya ASEAN-AS, ASEAN-China, ASEAN-Rusia).

Dalan hubungannya dengan China, Indonesia sebenarnya telah mengambil pendekatan yang seimbang. Indonesia memanfaatkan peluang kerja sama ekonomi seperti dalam proyek BRI, sambil tetap menjaga kedaulatan dan kepentingan nasionalnya. 

Pemerintah Indonesia juga telah menegaskan pentingnya kerja sama yang adil, transparan, dan saling menguntungkan dalam proyek-proyek infrastruktur dengan China. Meski begitu, Indonesia tampaknya belum meminta jaminan keamanan dari China sebagai bagian dari kerjasama di proyek BRI.

Menyeimbangkan Hubungan 
Dalam menghadapi persaingan kekuatan di Indo-Pasifik, Indonesia perlu secara cermat menyeimbangkan hubungannya dengan negara-negara besar seperti AS dan China. Indonesia harus menghindari jebakan memilih salah satu pihak dalam persaingan kekuatan besar dan tetap memprioritaskan kepentingan nasionalnya.

Kondisi internasional sekarang sangat berbeda dengan pada masa Perang Dingin ketika Presiden Suharto memerintah Indonesia. Kekuatan militer dan ekonomi AS pada saat itu tidak tertandingi (hegemonic state), sehingga kedekatan dengan AS menghasilkan perlindungan militer dan dukungan ekonomi bagi Indonesia.

Dengan pertimbangan kondisi keamanan internasional pada saat ini,  Indonesia harus mengorbankan hubungannya dengan China atau negara-negara lain di kawasan. Sebaliknya, Indonesia perlu mengadopsi pendekatan yang seimbang dan inklusif, dengan memanfaatkan kerja sama dengan berbagai mitra untuk mendorong stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran di Indo-Pasifik. 

Dinamika geopolitik di Indo-Pasifik yang diwarnai persaingan antara AS dan China menuntut Indonesia untuk secara strategis memperkuat hubungannya dengan negara-negara kunci seperti AS. Melalui perspektif Realisme Struktural, dapat dipahami bahwa penguatan hubungan Indonesia-AS merupakan respons terhadap struktur sistem internasional yang anarki dan upaya untuk menyeimbangkan kekuatan di kawasan.

Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting dalam memperkuat kemitraan strategis dengan AS. Pada saat yang sama, Indonesia tetap menjaga hubungan yang konstruktif dengan China dan negara-negara lain di kawasan. 

Dengan mengadopsi pendekatan yang seimbang dan inklusif, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai kekuatan stabilisasi di Indo-Pasifik dan melindungi kepentingan nasionalnya di tengah persaingan geopolitik yang kompleks.

Ini menjadi semacam "pekerjaan rumah" bagi pemerintahan baru Indonesia di bawah Presiden Prabowo. Kemampuan pemerintahan baru dalam menentukan strategi kedekatan dengan AS dapat memberikan kepastian kerjasama selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun