Aktifkan masjid, sekolah, dan komunitas sebagai ruang pembinaan.
Masjid bukan sekadar tempat ceramah satu arah, tapi harus menjadi ruang dialog yang membangun. Sekolah pun harus menjadi ruang aman berpikir dan bertanya.
Bijak dalam bermedia sosial.
Jangan jadikan media sosial sebagai ladang caci maki. Gunakan untuk menyebar kebaikan, klarifikasi, dan inspirasi.
Ubah Narasi, Ubah Arah
Najamudin menekankan pentingnya transformasi cara pandang masyarakat terhadap keberagaman dan perbedaan. Ia mendorong masyarakat untuk mengganti narasi kecurigaan menjadi kolaborasi, dari kemarahan menjadi pengertian, dan dari kebencian menjadi cinta.
"Islam tidak butuh dibela dengan teriakan atau senjata. Islam cukup dibela dengan akhlak, ilmu, dan cahaya kasih sayang yang tak padam," tegasnya.
Baginya, membiarkan celah radikalisme tetap terbuka sama artinya dengan menyerahkan anak-anak bangsa kepada masa depan yang kelam dan penuh konflik. Oleh karena itu, perlawanan terhadap radikalisme bukan hanya tanggung jawab institusi, tapi tugas moral setiap individu.
"Radikalisme bukan soal siapa yang salah. Tapi soal siapa yang diam terlalu lama," tutupnya.
Sumber: Dr. H. Najamudin, M.Pd.I
Editor's Note:
Tulisan ini adalah panggilan nurani, bahwa mencegah radikalisme bukan hanya tugas negara atau tokoh agama. Ia adalah misi kebangsaan dan kemanusiaan --- dan kita semua bagian di dalamnya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI