Mohon tunggu...
Nurhalia Manullang
Nurhalia Manullang Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Universitas Pelita Harapan

Make Your Own Mark Menulis Menulis dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seratus Masalah, Seribu Solusi

3 November 2018   21:24 Diperbarui: 12 Januari 2021   21:43 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa pikir panjang menunggu mobil sedan dari kota datang, aku bergegas mencari kayu-kayu kering memanfaatkan cahaya senter di sekitar hutan untuk dijadikan kayu bakar. Setelah itu menyalakan api unggun menggunakan pemantik dari bapak penjaga hutan tadi. Kami bergerombol mengelilingi api itu.

Tiba-tiba ada suara peluit dari arah hutan yang rimbun dan itu adalah pak Fred. Ia tidak takut sama sekali kemudian duduk di sampingku. Terlihat Anggi mengeluh kesakitan karena kakinya yang terkilir. Untungnya, pak Fred mempunyai obat sementara untuk mengurangi rasa sakitnya. Aku melihat Kenaya lebih mendekat ke api unggun dibandingkan kami, untungnya api itu tidak membakar pakaiannya.

Malam semakin larut. Perut kami tidak bisa diajak kompromi. Pak Lukman dan Kevin sudah makan seadanya di rumah penjaga hutan. Maka, aku berjalan ke arah minibus yang mogok dan mengambil dua pacs makanan sisa tadi siang. Selain dua pacs makanan itu, masih ada sisa cokelat Anggi, sisa snack yang dipegang bu Prita dan makanan Fred. Kami membagikan makanan itu sekadar mengganjal perut yang kosong. Kemudian kami meminum persediaan air seadanya.

Pukul 20.15

Pukul 20.15 mobil sedan datang bersama teknisi minibus yang sudah membawa alat-alat teknis. Sementara memperbaiki minibus, mobil sedan kembali ke penginapan dengan membawa Kanaya, bu Prita, Anggi, dan bapak penjaga hutan. Hal ini karena kaki Anggi terkilir, Kanaya takut gelap dan alam liar, dan bu Prita beserta keluarga butuh istirahat dan persiapan untuk berangkat ke Kompasianival 2018 supaya tiketnya tidak hangus. Katanya sangat rugi jika mereka melewatkan momen berharga di sana sebab para pembicara yang hadir sangat handal dan luar biasa.

Mobil sedan itu akan melewati rumah penjaga hutan sehingga ketika bapak penjaga hutan turun, pak Lukman dan Kevin masuk ke dalam mobil sedan. Tetapi, Kevin duduk di pangkuan ayahnya.

Sembari menunggu dan membantu mobil sedang diperbaiki, aku menyalakan api unggun dan senter. Untuk memperbaikinya membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga sangat membosankan. Aku melihat pak Her begitu sedih, untungnya sakit jantungnya tidak kambuh. Ia tampak memikirkan keluarganya di rumah yang sedang menanti kedatangannya.

Melihat hal itu, timbul ide di pikiranku untuk menghiburnya. Aku menyanyikan sebuah lagu dengan suara khasku sambil menepuk-nepuk tangan dan menari-nari. Aku melihat mereka semua tertawa gembira. Pukul 21.30 minibus sudah diperbaiki dan siap untuk dikemudi kembali.

Pak Her satu-satunya sopir yang kupercayai mengemudi bus itu dan ia juga berjanji akan membawa bus itu tiba dengan selamat di penginapan. Aku, pak Fred, dan teknisi juga ikutan naik bus menuju penginapan. Pukul 23.30 kami tiba di penginapan dengan senang bercampur lelah. Suatu pengalaman yang luar biasa menghabiskan waktu satu hari bersama mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun