Kata palum mungkin kecil, tapi di dalamnya ada semesta kebijaksanaan lokal. Ia mengajarkan kita untuk merasa cukup, untuk damai dalam keberagaman, dan untuk tidak haus menjadi yang seragam.
Jika palum akhirnya diakui secara resmi dalam KBBI, itu bukan hanya kemenangan masyarakat Pakpak, tapi kemenangan seluruh bangsa Indonesia --- karena satu kata dari pelosok mampu menembus pusat bahasa nasional.
Bahasa yang Menyatukan, Bukan Menyeragamkan
Bahasa, sejatinya, bukan soal siapa yang paling fasih, tetapi siapa yang paling tulus menggunakannya. Bahasa daerah seperti palum menunjukkan kepada kita bahwa kata bukan sekadar bunyi, tapi juga doa, rasa, dan jati diri.
Ketika Indonesia mampu memberi ruang bagi bahasa kecil dari pelosok, itu berarti kita telah benar-benar memahami arti "satu dalam perbedaan."Â
Bahasa Indonesia tidak kehilangan wibawa karena memberi tempat bagi bahasa daerah --- justru semakin kuat karena bersandar pada banyak akar.
Mungkin suatu hari nanti, di kelas sekolah dasar di kota besar, seorang guru akan berkata, "Anak-anak, hari ini kita belajar satu kata dari Pakpak: palum." Dan para siswa menulis di buku catatan mereka sambil tersenyum, "Palum berarti tidak haus lagi."
Pada saat itu, suara kecil dari lereng bukit Subulussalam telah sampai di hati jutaan anak Indonesia. Satu kata kecil menjadi pengingat bahwa kebinekaan bukan hanya semboyan, tapi napas kehidupan bangsa.
Dari palum kita belajar makna kebangsaan yang besar: bahwa bahasa bukan alat untuk menyeragamkan, melainkan cermin untuk saling memahami. Dan selama kita masih mau mendengar kata kecil dari pelosok negeri, Indonesia akan selalu punya cerita untuk dibanggakan.
Tulisan ini merupakan refleksi terhadap pentingnya menjaga bahasa daerah sebagai bagian dari pluralisme bangsa. Karena seperti air yang menenangkan dahaga, palum adalah bahasa yang menenangkan batin: kecil, tapi bermakna besar bagi kebinekaan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI