Bayangkan jika di sekolah-sekolah Subulussalam, anak-anak menikmati sepiring Pelleng setiap pekan --- bukan hanya sebagai menu makan siang, tetapi juga sebagai simbol kebanggaan daerah.Â
Mereka belajar tentang rempah, memahami asal usul makanan, dan meneladani nilai keberanian dari tradisi mereka sendiri. Dari sana, konsep gizi menjadi sesuatu yang hidup: tidak sekadar hitungan kalori, tetapi juga warisan nilai.
Mungkin inilah saatnya Indonesia menatap masa depan dengan menoleh ke dapur sendiri. Program MBG bisa menjadi jembatan antara pembangunan gizi dan pelestarian budaya.Â
Dari timur sampai barat, dari Papua hingga Aceh, setiap daerah punya cita rasa dan kearifan sendiri. Di Subulussalam, cita rasa itu bernama Pelleng --- hangat, bergizi, dan penuh doa.
Jika gizi adalah kebutuhan tubuh, maka doa dan kearifan lokal adalah kebutuhan jiwa. Dan di antara keduanya, Pelleng berdiri sebagai simbol persatuan yang sederhana, tapi sarat makna.
Karena sejatinya, bangsa yang kuat bukan hanya yang kenyang, tapi juga yang berakar pada tradisinya sendiri.
Sumber referensi:
Pariwisata Sumut (2021). Makanan Khas Pakpak: Pelleng, Hidangan Penuh Filosofi dari Tanah Dairi dan Subulussalam.
IDN Times (2023). 7 Fakta Pelleng, Kuliner Khas Pakpak yang Sarat Makna dan Gizi.
Audiensi Ahli Gizi dr. Tan Shot Yen dengan DPR tentang Program Makan Bergizi Gratis (Kompas.com, 2025).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI