Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cinta Setelah Tiga Anak: Bukan Tentang Romantisme, Tapi Ketahanan

4 Oktober 2025   21:08 Diperbarui: 4 Oktober 2025   21:08 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi entah bagaimana, selalu ada yang memilih menurunkan ego lebih dulu. Dan dari situlah saya tahu, cinta tidak selalu perlu kata "maaf", cukup tindakan yang menunjukkan bahwa hubungan ini masih layak diperjuangkan.

Di rumah kami, bentuk cinta yang paling nyata justru muncul dalam hal-hal kecil. Saat saya sibuk bekerja dan istri menyiapkan makan siang tanpa banyak bicara. Saat ia sudah terlalu lelah menidurkan anak bungsu, saya mengambil alih tanpa disuruh. 

Semua itu terasa biasa, tapi sesungguhnya luar biasa. Karena di balik keheningan itulah, cinta terus bernafas --- pelan, tapi pasti.

Menemukan Kembali 'Kita' di Tengah Peran 'Orang Tua'

Menjadi orang tua kadang membuat kita lupa bahwa sebelum ada anak-anak, ada dua orang dewasa yang saling jatuh cinta. Kami pernah terjebak dalam situasi itu: semua hal dalam hidup hanya tentang anak-anak. 

Apa yang mereka makan, apa yang mereka pakai, sekolah mana yang terbaik, dan siapa yang giliran menjemput. Hingga suatu malam, saat anak-anak sudah tidur, saya dan istri saling memandang dalam diam. 

Rasanya seperti dua orang asing yang sudah lama tidak berbicara tentang diri sendiri.

Waktu itu saya sadar, kami terlalu sibuk menjadi ayah dan ibu sampai lupa menjadi suami dan istri. Kami lupa bagaimana rasanya tertawa karena hal sepele. Kami lupa bagaimana rasanya duduk berdua tanpa membicarakan anak atau tagihan. 

Maka kami mulai mencoba sesuatu yang sederhana: mencuri waktu berdua. Kadang hanya lima belas menit di teras rumah setelah anak-anak tidur. Kadang cuma jalan kaki ke warung sambil beli roti. Tapi di momen kecil itulah, kami menemukan kembali "kita" yang dulu sempat hilang.

Saya percaya, menjaga hubungan bukan berarti harus selalu melakukan hal besar. Bukan tentang liburan romantis ke tempat mahal, tapi tentang hadir sepenuh hati di saat sederhana. 

Seorang teman pernah berkata, "Waktu berdua yang sedikit, kalau dijalani dengan kesadaran, bisa lebih bermakna daripada liburan seminggu yang dijalani setengah hati." Saya pikir, itu benar adanya.

Ada kalanya, waktu berdua itu juga bukan untuk bicara, tapi untuk diam bersama. Diam yang tidak canggung, tapi hangat. Diam yang menunjukkan bahwa kami sudah terlalu mengenal satu sama lain untuk selalu butuh kata-kata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun