Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Anak Merayakan Kemerdekaan Tanpa Kehadiran Orang Tua

24 Agustus 2025   09:00 Diperbarui: 24 Agustus 2025   01:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di TK Ar Raihan, Kota Subulussalam, Aceh (Sabtu, 23/08/2025). Dok. Pribadi Julianda Boang Manalu

Sabtu, 23 Agustus 2025, halaman TK Ar Raihan Kota Subulussalam, Aceh, penuh warna. Bendera merah putih berkibar di sudut-sudut halaman, balon merah dan putih terikat di gerbang, dan musik ceria mengiringi setiap langkah kecil anak-anak. Hari itu, sekolah mengadakan perayaan HUT RI ke-80 dengan penuh semangat. Semua murid, guru, dan orang tua hadir dalam suasana meriah, seolah ingin memastikan kemerdekaan bangsa tidak hanya dirayakan dengan seremoni, tetapi juga ditanamkan dalam hati sejak usia dini.

Anak-anak tampak bersemangat mengikuti perlombaan. Ada lomba makan kerupuk, lomba memasukkan pensil ke dalam botol, lomba balap kelereng, hingga lomba estafet. Suara sorak sorai terdengar di setiap sudut, terutama dari para orang tua yang mendampingi buah hatinya. Mereka berteriak memberi semangat, ada yang tertawa melihat tingkah lucu anak-anak, ada pula yang mengabadikan momen dengan ponsel.

Guru-guru pun turut larut dalam keceriaan. Mereka menjadi juri sekaligus pengarah jalannya acara. Sementara itu, para wali murid ikut serta dalam lomba khusus orang tua, menambah keakraban antara keluarga dan pihak sekolah. Perayaan ini memang dirancang untuk menghadirkan kebersamaan, mengikat tali silaturahmi, sekaligus mengajarkan anak-anak arti merdeka melalui permainan sederhana.

Di balik sorak sorai, ada perasaan yang sama-sama dirasakan semua orang: kebanggaan. Bangga karena bisa memperingati hari besar bangsa bersama keluarga, bangga melihat anak-anak berani tampil, dan bangga karena mereka belajar arti perjuangan melalui lomba kecil yang membutuhkan semangat juang.

Namun, di tengah euforia yang menyenangkan itu, ada satu cerita lain yang tidak semua orang menyadarinya. Cerita ini tidak terlihat mencolok, tetapi diam-diam menyentuh hati siapa pun yang memperhatikannya dengan lebih dalam.

Kisah yang Tersembunyi di Tengah Kemeriahan 

Namanya Noval, seorang murid TK Ar Raihan yang ikut serta dalam perayaan. Seperti anak-anak lain, ia berbaris mengikuti arahan guru, mencoba setiap lomba dengan penuh semangat. Dari kejauhan, ia terlihat sama seperti teman-temannya: ceria, aktif, dan siap berkompetisi. Tetapi bila diperhatikan lebih dekat, ada sesuatu yang berbeda.

Ketika lomba makan kerupuk dimulai, semua anak berdiri di bawah kerupuk yang tergantung. Anak-anak lain menoleh ke arah orang tuanya yang sibuk memberi semangat. Ada yang melambaikan tangan, ada yang bersorak memanggil nama anaknya. Noval menoleh juga, seakan mencari sosok yang bisa memberinya dukungan. Namun, pandangannya berhenti kosong. Tidak ada siapa pun di sisinya.

Ia berusaha tetap tertawa, meski matanya sesekali menunduk. Ketika berhasil menggigit kerupuk, teman-temannya bersorak karena didorong teriakan orang tua. Noval hanya menepuk tangannya sendiri, mencoba menciptakan sorak untuk dirinya. Sejenak, ia tampak bahagia, tetapi senyumnya cepat memudar.

Baca juga: Musik Publik

Pada lomba berikutnya, ketika anak-anak bermain memecahkan balon secara berpasangan, pemandangan serupa kembali terjadi. Anak-anak lain berlari kecil ke arah orang tuanya setelah lomba selesai, memamerkan medali kertas atau hadiah kecil. Noval berdiri sejenak di tengah lapangan, lalu duduk di kursi sendirian. Ia tidak punya tempat untuk berlari pulang.

Guru memang berusaha mendekati dan menyemangatinya. Mereka mencoba memberi pelukan, mengusap kepala Noval, bahkan menyelipkan hadiah kecil. Tetapi ekspresi itu tetap berbeda dengan tatapan anak-anak lain yang mendapatkan senyum dan pelukan hangat dari orang tua masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun