Beberapa teman sekelasnya sempat bertanya polos, "Orang tuamu di mana, Val?" Pertanyaan itu tidak dijawab, hanya disambut dengan senyum tipis yang berusaha menutupi perasaan. Namun, dari sorot matanya, ada kesedihan yang sulit disembunyikan.
Di balik kebisingan lomba, sebenarnya ada kesunyian yang melingkupi seorang anak. Kesunyian itu bukan karena ia tidak berpartisipasi, melainkan karena ia berjuang sendirian. Ia hadir secara fisik di tengah perayaan, tapi hatinya terasa kosong tanpa dukungan yang seharusnya ada.
Inilah potret yang sering luput dari perhatian kita: di balik sorak sorai kebahagiaan kolektif, ada anak yang belajar menghadapi rasa sepi sejak usia dini.
Makna Kehadiran Orang Tua bagi AnakÂ
Bagi anak seusia Noval, kehadiran orang tua dalam sebuah acara bukan sekadar formalitas. Anak-anak TK masih berada dalam fase perkembangan di mana rasa aman, diterima, dan disayangi sangat penting. Kehadiran orang tua menjadi simbol kasih sayang yang memberi mereka rasa percaya diri.
Ketika seorang anak tampil di depan umum, ia bukan hanya ingin menang lomba, melainkan ingin dilihat, didukung, dan diapresiasi. Sorakan orang tua adalah bahan bakar semangat mereka. Bahkan sekadar senyum atau tepukan tangan bisa menjadi dorongan luar biasa.
Dalam psikologi perkembangan, kehadiran orang tua pada momen penting anak disebut sebagai bentuk dukungan emosional. Dukungan ini membangun kelekatan (attachment) yang akan berpengaruh pada rasa percaya diri anak di masa depan. Anak yang merasa dihargai cenderung tumbuh lebih optimis dan berani mengambil tantangan.
Sebaliknya, ketiadaan orang tua dalam momen penting bisa meninggalkan jejak emosional. Anak mungkin tidak langsung menunjukkannya dengan menangis atau marah, tetapi rasa sepi itu tetap terekam. Mereka bisa merasa berbeda, kurang berharga, atau bahkan tidak dianggap.
Noval mungkin belum bisa mengucapkan perasaannya dengan kata-kata. Tetapi bahasa tubuhnya sudah cukup bercerita: sorot mata yang kosong, senyum yang cepat hilang, dan langkah kecil yang ragu. Semua itu adalah tanda bahwa ia menyadari perbedaan perlakuan antara dirinya dan teman-temannya.
Inilah sebabnya kehadiran orang tua sering dianggap sebagai "hadiah" terbaik dalam kehidupan anak. Tidak selalu berupa barang mahal atau piala, tetapi cukup dengan hadir, menemani, dan memberi dukungan. Kehadiran itu menjadi energi yang tak tergantikan.
Lebih jauh lagi, momen seperti perayaan HUT RI di sekolah adalah kesempatan membangun memori kebersamaan. Anak-anak akan mengingatnya sebagai hari ketika mereka tertawa bersama orang tua, berlari, kalah atau menang, tetapi tetap merasa dicintai. Memori ini yang kelak menguatkan ikatan keluarga.
Tanpa orang tua, momen itu kehilangan separuh maknanya. Anak memang bisa tetap ikut lomba, tetap tertawa, tetapi ada kekosongan di hati yang sulit diisi oleh siapa pun. Guru dan teman bisa menjadi penghibur, tetapi tidak bisa menggantikan posisi orang tua.