Suasana Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Puri Husada Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau, pada Jumat malam 22 Agustus 2025 mendadak panik. Puluhan murid SD Negeri 032 Tembilahan masuk satu per satu dengan wajah pucat, beberapa menangis kesakitan sambil dipeluk orang tua mereka.Â
Anak-anak itu mengeluh pusing, sakit perut, bahkan muntah-muntah tanpa henti. Dokter dan perawat kewalahan menangani pasien kecil yang datang hampir bersamaan.
Semua bermula dari kegiatan yang seharusnya menyenangkan: makan bersama dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Program ini diluncurkan pemerintah sebagai upaya mulia untuk memperbaiki gizi anak sekolah.
Namun, malam itu justru yang terlihat adalah deretan anak-anak lemah di ranjang rumah sakit. "Mienya bau, tapi anak saya tetap makan. Tidak lama kemudian dia muntah dan pingsan," ujar Titin, salah satu orang tua murid, dikutip dari Tribun News (23/8/2025).
Peristiwa ini bukan pertama kalinya. Di Sragen, Jawa Tengah, ratusan orang pernah diduga keracunan setelah menyantap makanan MBG (Kompas, 2024).
Di Kupang, Nusa Tenggara Timur, kejadian serupa juga menimpa sejumlah siswa. Pola kasus yang berulang membuat publik bertanya: apa yang sebenarnya terjadi dengan program yang digadang-gadang sebagai solusi gizi anak bangsa ini?
Di satu sisi, banyak orang tua berharap MBG menjadi jawaban atas kebutuhan gizi anak-anak, terutama mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.
Namun di sisi lain, rasa cemas kian tumbuh. Apakah makanan gratis itu benar-benar menyehatkan, atau justru menyimpan risiko kesehatan yang lebih besar?
Pertanyaan ini bukan hanya tentang makanan basi atau distribusi yang tidak higienis. Lebih jauh, ini menyangkut bagaimana pemerintah merancang, mengawasi, dan memastikan program sebesar MBG berjalan sesuai tujuan mulianya. Inilah dilema yang kini mengemuka: antara keadilan gizi dan keamanan konsumsi.
Gambaran Program MBGÂ
Program Makanan Bergizi Gratis adalah salah satu janji politik besar yang digaungkan pemerintah pusat. Tujuan utamanya sederhana tapi sangat penting: memastikan semua anak Indonesia, tanpa memandang status sosial-ekonomi, mendapatkan asupan gizi seimbang di sekolah.Â