Rapikan latar, gunakan kain putih atau kardus bekas yang dilapisi kertas polos sebagai alas, dan jaga agar foto tidak blur.Â
Kedua, pilih satu tema tone warna di feed Instagram atau Facebook kamu---misalnya pastel lembut atau putih abu-abu, sehingga setiap postingan terasa rapi dan senada.Â
Ketiga, susun narasi yang mengalir seperti cerita singkat, bukan jual harga, tetapi jual kisah.Â
Misalnya, "Homemade brownie ini saya panggang jam dua dini hari demi pesanan ulang tahun ibu saya yang ingin buah hati terkejut," akan terasa jauh lebih bermakna daripada "brownie siap kirim, harga Rp20.000".
Selanjutnya, pertimbangkan bagaimana kamu berinteraksi dengan calon pelanggan, misalnya, gunakan nama lengkap dengan sapaan sopan, sertakan timeline estimasi pengiriman, dan follow up pasca kirim.Â
"Bu Yanti, pesanan sudah sampai ya, semoga rasanya sesuai harapan. Kalau ada kendala, langsung WA saja ke saya."Â
Itulah trik sederhana untuk menanamkan kesan premium---dimana harga yang kamu tetapkan bukan sekadar komoditas, melainkan wujud dari kualitas pelayanan dan kedekatan personal.Â
Ketika pelanggan merasa dihargai, mereka cenderung tidak keberatan membayar sedikit lebih mahal karena mereka melihat nilai lebih dari personal connection yang kamu berikan.
Jadikan juga setiap unggahanmu konsisten. Bayangkan branding ala kelas "sultan" sebagai ritual ritual visual yang rutin.Â
Ads tidak dibutuhkan, cukup konsistensi setiap minggu, seperti "Creativesaturday" dengan highlight cerita pelanggan atau resep kreatif hasil eksperimenmu.Â
Pastikan tiap postingan dipersiapkan beberapa hari sebelumnya agar kamu tidak kelelahan mendadak membuat posting.Â