Mohon tunggu...
Amin Maulani
Amin Maulani Mohon Tunggu... Stor Manager -

newbie aminmaula.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak-anak Pengobar Revolusi

2 Mei 2017   22:22 Diperbarui: 2 Mei 2017   23:03 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/en/forward-child-cry-soldiers-war-1799923/

Aku terus berlari sekencang-kencangnya. Suara dor,, tembakan peringatan tak mampu mengurangi tempo kecepatanku, malah semakin kencang. sekitar satu meter perlangkah, melebihi atlet pelari dunia. Nafasku semakin tersengal, kakiku sudah tak merasakan panasnya padang tandus kota Deera, dadaku berdegub kencang tak karuan. Bagaimana jika timah panas polisi itu mengenai salah satu bagian tubuhku? “ Lari! Lari! Lari!

Dor,, sontak aku terpelanting kedepan, menghantam tanah terjal lalu terdorong ke udara , terjun ke tanah dan terseret sekitar lima meter hingga berhenti menabrak batu besar , bar!!.... . “Berdiri! Angkat tangan”. Lima polisi bersenjata turun merengsak maju, bersiaga menodongkan laras panjang, berkaca mata hitang, helm, lengkap dengan baju anti peluru.

Aku terkapar dengan pelipis penuh darah, paha kiriku ngilu, sepertinya timah panas benar-benar menembus tulangku. Aku pasrah, membiarkan tangan ku diikat, lalu di bawa polisi .wiuw…wiuw…wiuw…

Sore ini, perjalanan baru telah ku mulai . Ini pertama kalinya aku menaiki mobil aparat keamanan negara, dijaga oleh polisi bersenjata lengkap, di bawa menuju balai kota Damaskus. Bukan, aku bukan tamu istimewa, aku juga bukan copet yang diamankan setelah hampir di keroyok massa. Tapi, aku dianggap membahayakan rezim yang berkuasa, Bashar Al-Assad.

 “Siapa namamu dan dari keluarga mana kamu?” Mukhabarot berbadan besar, duduk tegap di depanku, menyalakan cerutu, memulai interogasi. beberapa prajurit berdiri menjaga ruangan berselempang laras panjang tipe Ak-47 di punggung . “Namaku Mohammed Bouazizi, aku seorang Alawite (Syiah) dari keluarga Ayyubiyah” jawabku gemetar.

“ Wahai Muhammed, kau sekarang telah berhadapan dengan kepala Mukhabarot tertinggi dari Damaskus, Assef Bouazizi”. Sebagai Seorang kepala Intelejen negara, aku terkenal tidak pandang bulu, meluruskan keadilan menggunakan hukum islam di negara kita, siapapun kamu meski masih anak-anak, dan meskipun kita sama-sama dari keluarga Ayyubiyah, kau akan ku pancung jika terbukti menentang”.

“ Wahai Mohammed? Siapa yang menyuruh kalian mencoret-coret dinding sekolah dengan tulisan politik pro oposisi itu?” Aku semakin gemetar, aku juga tidak tahu, untuk alasan apa aku mencoret-coret dinding sekolahku.

“Jawab, jangan diam saja!” Mukhabarot itu menggedor meja di depanku, lalu melayangkan tinjunya tepat di mulutku, sontak darah mengalir. “A,,A, Aku hanya ikut-ikutan”.

Brak,, “Ikut-ikutan?” Kali ini tangannya mencengkram ganas mukaku, tak menghiraukan darah yang mengotori tangan berototnya.”aaaaaaa!!!!!” Aku berteriak kesakitan , cerutunya di sundut-sundut di mukaku.

“Tahu apa kalian dengan revolusi, ha! Pemberontak seperti kalian tidak ada pemakluman,” Muka mukhabarot itu semakin memerah padam, sambil menoleh pada para prajurit, dia bertanya “Demi Allah, kalian tahu hukuman apa yang pantas bagi para penentang presiden Bashar Al-Assad?”

“Pancung”. Prajurit lain menyahut mantap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun