Mohon tunggu...
Amin Maulani
Amin Maulani Mohon Tunggu... Stor Manager -

newbie aminmaula.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maling

6 Juli 2017   08:05 Diperbarui: 6 Juli 2017   08:28 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Berita hilangnya cetakan Bata Bolong Sunur langsung tersebar melalui mulut ke mulut, terdengar ke telinga para tetangga.. Siang harinya berita itu sudah tersebar di seluruh pelosok kampung.

Sore harinya rumah Sunur ramai oleh tetangga yang menjenguk Marsinah. Sambil membawa ember berisi gula dan beras, para wanita berbondong-bondong datang. Marsinah hanya berbaring di atas ranjang saat para tetangga sambang.

Ritual sambang semacam itu seyogyanya sudah dilakukan penduduk kampung secara turun temurun sejak dahulu kala. Ketika ada tetangga yang kesusahan, penduduk kampung ramai-ramai menjenguk. Biasanya mereka malu jika tidak bisa hadir  menjenguk. Tetangga yang lain tentu tahu siapa saja yang tidak terlihat batang hidungnya.

Namun sejak satu dekade belakangan kebiasaan ini sedikit berubah. Jika dulu kesusahan yang dialami penduduk terkait kematian saja, saat ini yang sering malah sambang tetangga yang kemalingan. Sejak satu dasawarsa yang lalu, penduduk kampung di buat resah oleh teror para maling yang terus menerus menjarah barang-barang penduduk. Mulai dari kehilangan sapi, motor, kambing, ayam, kini merambah pada alat-alat rumah tangga. Seminggu yang lalu, di kala sore yang mendung. Saat Sunur sibuk menyigir bata ,  Hargi yang merupakan kemenakannya datang tergopoh-gopoh. Nafasnya masih tersengal saat tiba-tiba datang di bedengan Sunur mengadu. "Senapan anginku hilang wak. Padahal aku taruh di belakang lemari kamar." Katanya kemudian.

"Apa?"

(***)

Malam harinya rumah Sunur masih ramai di kunjungi para tetangga. Marsinah sudah bisa bercakap dengan para tetangga. "Sukurlah sudah enakan Bu RT." Katanya  saat ditanyai ketua arisan mingguan itu. Marni adik Sunur duduk di ranjang sambil memijiti kaki Marsinah. Para perempuan berkumpul di samping ranjang janda anak dua itu. Beberapa yang lain sibuk di dapur merebus air, membuat kopi untuk para tamu.

Rungan tengah dipenuhi para laki-laki yang berjejal di kursi. Asap rokok mengepul memenuhi ruangan menambah sesak dan bau yang menyengat, membaur dengan aroma tembakau, balsam, dan berbagai wewangian murah. Tampak Pak RT  duduk di tengah-tengah  para pemuda kampung. Membicarakan keamanan desa. "Setiap hari tetap saja ada maling, awas saja nanti kalau ketangkap. Akan aku telanjangi dan kutarik pakai motor di aspal!" Kata Pak RT sambil menarik sebatang rokok.

"Masalahnya akhir-akhir ini kita sudah mulai malas piket ronda, ke Poskamling paling cuma takut dimarahi kemendan."

"Iya Pak RT. Kemarin malam saja yang hadir cuma aku sama Sodik. Itupun pas mobil patroli balik Sodik langsung ngajak pulang. Masuk angin katanya."

"Eh...aku beneran masuk angina Jo!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun