Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

101 Tips Menggarap Cerita Pendek

20 Mei 2020   09:09 Diperbarui: 20 Mei 2020   16:42 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Fathromi Ramdlon dari Pixabay

Tempat yang terasa begitu asing namun berada tepat di dalam kepala seseorang dan konsep waktu yang tidak lagi dikenali oleh orang tersebut? Mengapa tidak?

5. Alur

Alur adalah rentetan kisah dalam cerpen. Biasanya, alur terdiri dari lima tahap, yaitu tahap perkenalan, tahap penanjakan, tahap klimaks, anti klimaks, dan tahap penyelesaian.

Ada dua jenis alur, yaitu alur maju (rentetan kisah yang berjalan ke depan) dan alur mundur (rentetan cerita yang berjalan ke belakang). Silakan menyusun unsur-unsur dalam alur sedemikian rupa.

Sesuaikan saja dengan konsep dan strategi Kompasianer. Jangan ragu-ragu untuk me-reveal suatu hal dasar di ending jika itu memang yang Kompasianer inginkan.

Silakan cek cerita pendek An Occurrence at Owl Creek Bridge karya Ambrose Bierce. Karya tersebut merupakan contoh sempurna untuk menggambarkan permainan alur yang cerdas.

Dimulai dari konflik yang dialami Peyton Farquhar (sang tokoh utama) di masa sekarang, dilanjutkan dengan flashback (alur mundur) yang berisi latar belakang kehidupan Farquhar, dan diakhiri dengan kembali ke kondisi masa kini, namun kali ini ditambah sebuah revealing yang plot twist. Ya, pokoknya, bermain-mainlah sebanyak-banyaknya dengan alur.

6. Konflik

Konflik dalam cerpen merupakan unsur krusial dari sebuah karya. Saya rasa banyak dari Kompasianer yang justru ingin mulai menggarap cerpen karena memiliki ide konflik. Karenanya, menurut saya tidak terlalu ada masalah dalam menentukan konflik sebuah cerpen.

Tidak banyak tips yang ingin saya sampaikan di sini selain, Kompasianer tidak perlu selalu menyelesaikan konflik cerpen hingga tuntas.

Silakan saja membuat cerpen dengan ending “menggantung” dan mempersilakan pembaca untuk menentukan sendiri akhir kisahnya. Seringkali, kisah-kisah dengan akhir menggantung justru meninggalkan kesan yang tidak terlupakan bagi pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun