Di antara tikungan jalan yang redup,
di sudut kafe yang berdebu oleh percakapan,
aku mendengar langkahku yang seharusnya tak ada.
Di mana jam berdetak dalam kehampaan,
dan kursi kosong menanti dengan kesia-siaan,
aku tak datang, karena aku telah tertulis di sana---
sebagai bayang yang tak diperhitungkan.
Seperti angin yang berlalu tanpa nama,
seperti surat yang tak pernah dikirimkan,
aku adalah keberangkatan sebelum kedatangan,
kata yang terhapus sebelum terbaca.
Di jendela berkabut, di peron yang usang,
di tiang lampu yang menggumam tentang waktu,
aku menunggu dalam ketidakhadiran.
Karena seharusnya tidak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI