Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jadi Begini Rasanya Jadi Tante !

4 Maret 2015   21:27 Diperbarui: 7 Agustus 2020   11:28 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seminggu kemarin adalah jatah liburan yang  baru benar-benar saya rasakan. Oleh karena itu saya putuskan untuk  menghabisi waktu penghabisan liburan semester dengan berada di rumah orang tua saja. Liburan semester seharusnya akan terasa lama, panjang dan menyenangkan sekaligus membuat saya lupa cara menulis dengan bolpoin diatas kertas.haha. 

Namun faktanya, hampir sebulan lebih liburan saya habiskan untuk bolak-balik Temanggung-Semarang untuk mengambil kuliah sisipan dan atau ada saja urusan yang harus diselesaikan disini . Mungkin Semarang masih belum mau saya tinggalkan untuk liburan, ciee

Liburan kuliah memang berbeda dengan liburan yang dirasakan anak sekolah pada umumnya . Biasanya libur kuliah datang lebih terlambat namun panjang.Pertamanya boleh sekolah sudah libur, kuliah masih masuk , tapi kondisi itu akan berubah tatkala kuliah yang libur (panjang) dan sekolah sudah masuk , cepet. Dan ini ternyata cukup mengkhawatirkan saya, ketika saya memutuskan untuk berada di rumah. 

Ya, memiliki orang tua yang bekerja menjadi pegawai negeri dan saudara yang bersekolah, bau-baunya sih bakal sendirian aja di rumah , ditinggal kerja dan sekolah. Ya nasib ya nasib..

Eits, untung jadi anak kedua. Ada kakak perempuan yang sebenarnya berstatus “mahasiswi” di sebuah universitas di Solo, mengambil cuti. Jadilah dirumah saya engga membatu menjadi batu akik #eh. Cuti yang kakak ambil adalah karena statusnya yang kini berubah menjadi seorang Ibu. Kakak perempuan yang sudah hampir lebih dari setahun yang lalu memutuskan untuk menikah dengan jodoh yang di berikan Tuhan ternyata diberikan anugerah seorang bayi laki-laki lucu yang menyempurnakan kehidupan barunya. 

Tak cuma merubah status kakak saja, karena statusnya pun mengubah seluruh komponen yang ada dalam keluarga , ayah jadi akung ; ibu jadi uti ; adik laki-laki jadi om dan aku jadi tante. Ya, saya akhirnya harus rela menjadi seorang tante, meski berkilah . Yaudah, saya harus terima menjadi tante bagi keponakan yang lahir dari kakak saya sendiri di usia awal duapuluhan. #halah

Di rumah dengan anggota baru tambahan yaitu seorang bayi laki-laki yang menyebut saya tante (meski belum bisa ngomong), ternyata cukup membuat sisa penghabisan liburan saya berwarna-warni. Setidaknya ada yang bisa saya ajak ngobrol selain kakak, ngobrol dalam bahasa bayi meski hanya si bayi yang ngerti. Ya, usia keponakan yang masih unyu-unyu mau memasuki bulan ke empat sejak dilahirkan di bumi. 

Usianya hampir empat bulan yang artinya dia memang lagi suka berteriak dan tertawa tanpa pernah tahu alasan dibalik tawanya atau teriaknya itu sebenarnya gara-gara apa (bagi saya).

Mendapat tugas yang cukup menantang dari kakak adalah bermain bersama keponakan , disaat dia dalam kondisi bahagia alias tidak rewel  minta ASI. Ya, saya mendapatkan peran sebagai tim “hore” untuk keponakan yang lagi senang teriak dan tertawa. Nyenengin? 

Ya jelas, karena konon tertawa bayi itu tulus dan gak dibuat-buat. Ketika saya bisa membuatnya tertawa mungkin karena saya dimatanya terlihat lucu dan menggemaskan . haha. Kebalik, keponakan yang lucu dan menggemaskan sih. Eh kadang ngeselin juga karena keponakan kalau udah tertawa harus diperhatiin terus, kalo di cuekin bisa nangis, kenceng.

Nah, barangkali disini ada yang mempunyai keponakan yang sedang “lucu-lucu”-nya seperti saya, (maksudnya ponakannya bukan sayanya ya).Ada tips nih tentang bagaimana menghadapi balita-balita yang unyu yang harus kalian tahu dan boleh coba dipraktekan. Untuk hasilnya mungkin beragam, tergantung mood masing-masing balitanya.haha . Eh tapi harus memenuhi syarat ya, yaitu pastikan balita tersebut dalam mood yang baik. Bisa dilihat dari kontak mata, jangan sampai lakukan hal dibawah ini disaat mereka sedang rewel atau menangis, ditakutkan akan membuat tangisan malah tambah kenceng . haha #berdasarkanpengalaman

Yuk Dek, Belajar

Bukan belajar seperti kita, disuruh baca atau nulis. Tapi mengajari hal-hal sederhana seperti berhitung, mengenalkan huruf alfabet atau mengaji. Ya, memang diusianya yang masih "bulanan" , dia belum sepenuhnya mengerti. Pertumbuhan motorik dan sensoriknya masih berkembang. Selama saya mengajari ponakan saya bisa menjelma jadi guru TK, dan ponakan selalu tertawa (kalau moodnya bagus) dan mulutnya seperti ingin menirukan walau yang keluar cuma "hhaaa aaa hmmm fffttt"'. Begitulah balita. Dan lucunya lagi  adalah ketika mengajari ngaji , surat-surat pendek coba saya lantunkan di depannya, yang terjadi? kalau gak senyum-senyum ya sambil mulutnya gerak-gerak mau niru.

Nyanyi Lagu Anak-anak

Biasanya kalau ponakan bete yang ditandai dengan mulai nyuekin dan kontak mana kemana-mana, saya tidak memaksanya untuk belajar.Tapi mulailah saya bernyanyi di depannya dengan suara cempreng-cempreng ngangenin #eh. Ya gitu pokonya nyanyi lagu anak-anak yang pernah saya pelajari dulu di TK. haha mulai dari bintang kecil,pelangi sampai masa lalunya inul daratista. wkwk. Ya kalau semua lagu anak-anak yang saya tahu sudah semua didendangkan, saya ganti genre, dangdut! Dan. seketika kakak perempuan pasti akan ngomel-ngomel.

Kadang , sayapun berduet dengan kakak. Tapi bahayanya, bisa-bisa kami ribut soal lirik, bisa saling menyalahkan atau merevisi atau bahkan menambahkan liriknya. Ya, ternyata lagu-lagu anak-anak banyak yang tak sepaham di antara kami. Pernah kami beradu argumen, tentang lirik lagu "Kring-kring ada sepedaaaa,sepedakuuuu rodaaa duaaaaa dst", yang ada balitanya malah rewel gara-gara dicuekin. #lhoo

Ajak Ngobrol Sana-sini, Meski Tidak di Mengerti (oleh balita atau yang menanganinya)

Belajar udah, nyanyi udah. Kalau ponakan lagi-lagi bosen dengan kedua hal tersebut. Saya merubah haluan dengan mengajaknya mengobrol. Yup, ngobrol sama bayi itu membuat daya imajinasi terasah. Apa yang terjadi di sekitar bisa jadi obrolan, mulai dari suara jangkrik sampai  berita yang jadi headline hahaa. Ya gitulah punya ponakan menuntut saya jadi orang "gila". Dan satu hal, di depan balita jangan mencoba untuk membuat ekspresi yang kurang baik seperti marah atau hal-hil yang mustahal. Katanya bayi itu paling bisa meniru emosi . Jadi senyumin dan sabarin aja kalau ngurus bayi.

Well, Memiliki keponakan dan menjadi tante, memberikan sebuah pengalaman tersendiri. Kalau kalian biasanya melakukan hal apa dengan keponakan yang masih balita? Boleh dibagi dong, buat bahan referensi saya. hehe. Oya satu lagi, ternyata menjadi Ibu dan mengurus seorang bayi itu tidak mudah. Melihat perjuangan kakak yang harus bangun 3 jam sekali untuk memberikan ASI , membuat saya juga tersadar. Dulu saya pernah ada di posisi ponakan, pernah jadi bayi juga. Apalagi dulu belum ada popok yang seperti di iklan-iklan itu. Tidak bisa saya bayangkan, betapa Ibu dan Bapak yang harus mondar-mandir menggantikan popok yang bisa kapan saja basaaah. 

Cepet besar ya ponakan tante. :D

Salam ceria,

Listhia H Rahman


Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun