Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Caraphernelia

11 Januari 2019   23:46 Diperbarui: 12 Januari 2019   22:40 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | https://www.deviantart.com/

Folder bertuliskan kata : Abu-abu.

Klik .

Masa-masa yang membuat dia berdebar selain Ujian Kelulusan, kisah merah mudanya. Cinta.

Waktunya seperti terlempar ke masa lalu. Gambar-gambar itu berhasil jadi pelontar yang membawanya pada kisah yang sudah jauh ia tinggalkan. Masa-masa kejayaan putih abu bersama sahabat terbaik masih begitu hangat dalam ingatan. Terasa baru kemarin terjadi. Kinanti teringat teman-temannya yang sekarang tersebar dimana-mana. Yang membuat berkumpul  menjadi sebuah acara debat kusir yang tak kunjung usai. Mempertemukan secara utuh kata kebersamaan menjadi tak mudah. Ya, Kinanti tiba-tiba merindu.

Roti bakar yang sedari tadi hanya menjadi penonton, akhirnya menjadi perhatiannya. Sepotong roti itu mulai ia kunyah. Dia tak sungguh lapar. Hanya berharap rindu bisa tertelan habis bersama roti bakarnya.

Tiba-tiba sebuah foto berhasil membuat neuron-nya bekerja lebih cepat. Ya, gambar itu berhasil membuat ia berada pada titik lain, masa lalu yang ia hidari.

Foto sebuah tangan yang bertuliskan gravity namanya. Kinanthi.

Tangan itu pernah ia sengaja lupakan , namun tak bisa menghapus kenangan. Tangan milik sesorang yang pernah menghiasi hati dan mengisi hari-harinya. Setidaknya sebelum kejadian yang membuat mereka bertahan itu pupus. Tangan milik Josua.

Kinanti menutup matanya, berharap kenangan itu tak pernah menghampirinya lagi. Tapi, semua percuma dan tak berhasil.Justru hujan berhasil datang tak cuma di luar ruangan ini. Tapi dari matanya sendiri. Matanya berlakrimasi.

***

Bumi yang berotasi terlalu cepat atau   matahari memangkas jarak revolusi? Waktu merangkul semesta  dan kenangan membututi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun