“Hm..kan biasanya juga dibersihin sama Bu Siti,mbak"
"Bukannn...bukan bersihin, disapu atau dipel. Ini bersihin "ituuu", kata mbak Dinda sambil mengangkat kedua tangannya,memberi isyarat."hantu,dek..." , lanjutnya.
"Emang iya mbaaa?",jawabku masih polos.
"Iyaa...anak anak di kamar bawah kena teror dek.."
"Serius mbak", kok aku sedikit merinding.
"Iya, jadi minggu lalu Mba Nina kan habis ke luar kota , Nah Mbak Nina ternyata gak sendiri, ada yang ngikutin alias ketempelan dek. Saklar lampu dikamarnya dimainin terus."
Perkataan Mbak Dinda membuatku jadi membayangkannya sendiri. Duh, ngeri juga kalau lampu mati hidup sendiri,ya.
"Udah gapapa, Ibu kos udah mau bertindak kok..",kata Mba Dinda, semacam pengobataan bagi takutku.
Disisi lain, mendengar soal ibu kos yang segera bertindak segera memang bisa membuat bulu kuduk kembali selooow juga lega. Karena pada akhirnya, Ibu Kos peka juga pada kami. Jarang-jarang. Tapi apa iya, jangan pede dulu deh ah. Yang paling mungkin ya karena pasti Ibu kos juga takut hantu sih. Haha. Secara selama beliau membangun bisnis kosnya, kasus ini baru kali pertama untuknya.
Oya, di kosku ini memang banyak yang bisa merasakan sesuatu yang tak terlihat itu. Ada tiga orang, dan semua menempati kamar bawah. Selain Mbak Nina -yang ketempelan-, ada dua orang lagi yaitu Caca dan Ninit. Jadi tidak heran juga jika mereka yang di bawah bisa merasakan kehadirannya dengan sangat peka. Itulah dugaanku. Sedang aku? Sepertinya memang tidak peka dan merasa baik-baik saja. Kurasa begitu.
"Makasih infonya mba Dinda. Aku berangkat dulu,ya. Temenku udah nunggu di depan dari tadi nih..",kataku sembari pamit.