Setiap rasa, pasti selalu melangitkan do'a untuk pemiliknya. Tapi terkadang, do'a yang melangit bagai rasa yang tak pernah terasa. Tidak kembali, tidak terbalas. Mungkin hening itu juga jawaban tuhan.
 Seperti do'a-do'a yang tak kembali, begitulah rasa cinta yang disimpan Alina selama bertahun-tahun...
"Lin, nak Rendra udah pulang ya dari Makassar" Tanya ibunya  kepada Alina yang sedang memotong sayur di dapur.
"Alina kurang tahu, Bu. Emangnya kak Rendra sudah selesai S2-nya di Makassar?" Saut Alina.
"Kata ibunya sih udah nak." Jawab ibu.Â
Hati Alina berbisik 'benar ya, kak Rendra udah pulang' raut wajah alina kelihatan semringah. Karena kabar bahagia menghampirinya.Â
Suatu pagi, terdengar suara motor berhenti di depan rumah.
"Ibu... itu suara motor siapa?" tanya Alina sambil merapikan kerudungnya.
"Kayaknya Rendra, nak. Coba aja keluar, salamin."
Alina ragu. Tapi langkah hatinya lebih cepat dari langkah kakinya. Ia keluar, dan benar di teras, berdiri seorang laki-laki berjaket hitam. Senyumnya tak berubah, hanya matanya kini lebih dalam seperti menyimpan perjalanan panjang.
"Assalamualaikum, Lin..." sapa Rendra.
Alina terdiam. Dunia seakan menyempit hanya ada mereka berdua di dalamnya.