Mohon tunggu...
Lionell Clements Adiputra Ong
Lionell Clements Adiputra Ong Mohon Tunggu... Tutor - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Menjaga Kebersihan Lingkungan, Mulai dari Kita

28 April 2024   17:02 Diperbarui: 28 April 2024   17:29 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat merupakan suatu kumpulan individu-individu atau kelompok yang terikat oleh suatu kesamaan tertentu. Masyarakat ini juga bisa dibilang sebagai kumpulan orang-orang yang mengarah kepada suatu tujuan kolektif. 

Dalam suatu masyarakat, terdiri beberapa orang yang berbeda dengan satu sama lain, masing-masing memiliki kesibukannya masing-masing dan kehidupan yang berbeda dari satu sama lain. 

Walau terdapat perbedaan, mereka masih terpengaruhi oleh hal-hal non-hayati seperti tempat tinggal, bangunan, gawai, dll. Ini menjadi salah satu persamaan yang mempersatukan mereka. 

Setiap bagian dari masyarakat juga akan terpengaruhi oleh lingkungan yang ditinggalinya, bila lingkungan yang ada di sekitar suatu individu buruk, maka akan mengganggu kinerja individu tersebut dan sebaliknya. 

Untuk mengetahui suatu lingkungan baik atau buruk, perlu dilihat dari berbagai sudut pandang. Suatu lingkungan yang baik mampu untuk mendukung individu/kelompok yang tinggal di dalamnya. 


Dari segi sosial, suatu lingkungan yang baik adalah lingkungan yang tidak menambahkan beban terhadap suatu individu dan dapat mendorong individu yang tinggal di dalamnya menjadi versi terbaik yang mungkin tercipta dan membantu individu tersebut untuk terus totalitas. 

Lingkungan yang baik juga secara biologis mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan tidak mempengaruhi kesehatan. Maka dari itu, secara biologis suatu lingkungan yang baik akan juga tergolong lingkungan yang bersih.

Lingkungan yang bersih ini menjadi suatu hal yang penting karena akan memberi dampak kepada berbagai macam hal. Contohnya, lingkungan yang kotor akan memungkinkan lebih banyak penyakit yang timbul pada seorang individu dibandingkan lingkungan yang bersih. 

Seperti yang kita ketahui, bila manusia jatuh sakit maka keberlangsungan hidupnya terhambat dan ia menjadi tidak mampu memberikan semaksimalnya untuk menjalankan suatu aktivitas dan ini mempengaruhi kinerja orang tersebut. 

Selain dari itu, lingkungan yang kotor juga tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi yang tinggal di daerah sekitarnya. Dengan sampah berserakan, polusi air mungkin timbul dan pada akhirnya merugikan penghuni lingkungan tersebut dan menimbulkan ketidaknyamanan. Pada akhirnya, kondisi kebersihan lingkungan mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia secara langsung. 

Menurut ibu Hj Neneng selaku RW 03 Duri Kepa, suatu lingkungan yang bersih penting terutama dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar. Bila sampah menumpuk dan berserakan maka akan menimbulkan bau tidak nyaman bagi warga. 

Selain dari bau yang dihasilkan, sampah itu sendiri juga menghasilkan penyakit-penyakit seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Bagi ibu RW sendiri, “Kebersihan adalah bagian dari pada iman”. Ini menjelaskan bahwa ia sungguh menjunjung tinggi kebersihan dan merasa bahwa kebersihan ini menjadi suatu hal yang perlu terus dijaga dan diimani. 

Selain dari pengaruh yang timbul terhadap kesehatan secara fisik seorang individu, kebersihan lingkungan juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental seorang. 

“Lingkungan bisa sangat berpengaruh dalam kesehatan mental kita karena kebanyakan pikiran kita itu selalu terbiasa dengan hal yang menyenangkan, dan sehingga jika datang hal yang tidak menyenangkan itu dapat terjadinya konflik antara kenyataan dan harapan, dan karena hal itu lah yang membuat batin atau mental kita terluka.” (Nurhasanah, 2019: 5). 

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa sebenarnya lingkungan ini juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental kita. Bila lingkungan yang ditinggali bersih, maka kesehatan mental akan baik-baik saja sedangkan bila lingkungan yang ditinggali kotor akan terdapat kemungkinan semakin buruknya kesehatan mental seperti rasa cemas, rasa gelisah, dll. Maka dari itu, penting untuk menjaga lingkungan yang ditinggali sehingga hal-hal seperti itu dapat terhindari.

Sebagai seorang manusia, kita perlu sadar dan melihat sendiri bagaimana kondisi kebersihan di lingkungan tempat tinggal kita. Untuk saya sendiri, saya tinggal di lingkungan Tanjung Duren, Jakarta Barat. 

Walau memang beberapa lokasi sudah tergolong cukup bersih, masih saja terdapat beberapa sampah yang berserakan dimana-mana. Untuk lingkungan persis sekitar tempat tinggal saya masih bersih dan sudah dirawat dengan baik tetapi untuk beberapa lokasi lain seperti lokasi dekat RPTRA masih kotor. Ini karena ada tempat pembuangan sampah yang kurang dikelola. 

Dari yang dikatakan RW 03 Duri Kepa, untuk kawasan Duri Kepa sendiri tidak ada masalah besar yang timbul. Ia mengatakan bahwa bila terkadang ada masalah yang timbul maka akan segera diselesaikan dengan petugas/pasukan yang menjaga kebersihan itu sendiri. 

Jadi, menurut ibu RW sendiri tidak ada masalah apapun yang terjadi di kawasan Duri Kepa. Yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa masih terbuka kemungkinan masalah-masalah sampah berserakan dalam skala yang lebih kecil. 

Walau memang RW mengawasi seluruh kawasan, tentunya akan melihat secara umum dan secara garis besar. Duri Kepa itu sendiri memang sudah tergolong cukup bersih bila dilihat secara garis besar tetapi terkadang masih saja terlihat beberapa sampah berserakan. Ini didasari observasi penulis sendiri terhadap kawasan Duri Kepa ini. Dari hal tersebut, terbuka kesempatan untuk adanya peningkatan dari kebersihan lingkungan itu sendiri. 

Selain dari kawasan Duri Kepa itu sendiri, kawasan-kawasan lain juga ada beberapa yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kawasan Greenville, Jakarta Barat. 

Di kawasan tersebut ditemukan cukup banyak sampah berserakan berupa gelas plastik, sedotan plastik, rokok, bungkusan rokok, dan banyak lagi. Maka dari itu, perlu juga kesadaran dari warga dan bantuan dari warga sekitar juga untuk menolong membersihkan kawasan ini sehingga tidak menimbulkan dampak-dampak negatif yang telah dijelaskan sebelumnya. 

Sebagai warga lingkungan Tanjung Duren, saya memiliki kewajiban untuk ikut serta dan terlibat dalam pengelolaan sampah di daerah Tanjung Duren. Walau memang tidak terlalu dekat dengan tempat tinggal saya, bukan berarti saya bisa tidak peduli dan tidak bertindak atau terlibat. 

UU no 32 Tahun 2009 pasal 67 menyatakan “Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.” 

Dari UU tersebut, kita sebagai bagian dari masyarakat diminta untuk mengelola dan membantu menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita. Maka dari itu, ada baiknya kita mulai dari saat ini untuk berusaha dan berupaya dalam melestarikan lingkungan.

Terdapat juga beberapa alasan yang ditemukan dari jurnal yang membahas mengapa sampah menjadi salah satu faktor pendorong lingkungan kotor. “Sampah adalah salah satu masalah penyebab lingkungan kotor, umumnya sampah terdiri dari komposisi sisa makanan, daun-daun, plastik, kain keras, karet, tanah dan lain-lain.” (Fitriani, 2020:11). 

Dari kutipan di atas, ditemukan bahwa sampah menjadi salah satu faktor utama terjadinya lingkungan kotor, tetapi bagaimana sampah ini timbul dan mempengaruhi kebersihan lingkungan. “Sampah jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan juga bagi kehidupan manusia” (Fitriani, 2020:11). 

Jadi, sampah itu sendiri adalah hal yang wajar, yang tidak wajar adalah bila sampah tidak dikelola dengan baik. Hal-hal terkait pengelolaan seperti TPS yang tidak diatur dan dikelola, sampah yang dibiarkan menumpuk dan tidak diapa-apain, dan sampah yang berserakan di tanah dan tidak dipedulikan menjadi beberapa alasan mengapa lingkungan tempat tinggal menjadi kotor. 

Untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai bagaimana rakyat sudah menanggapi terkait masalah lingkungan ini, perlu dilihat kepedulian rakyat itu sendiri. Walau memang sulit untuk menemukan data kepedulian rakyat Duri Kepa, kita dapat mengacu kepada data yang ditemukan dari jurnal lain terkait kepedulian rakyat. Suatu jurnal terkait kepedulian rakyat terhadap kebersihan lingkungan sungai meneliti terkait kesadaran dan kepedulian dari rakyat kawasan Padang. 

“Dalam   temuan   penelitian, beberapa masyarakat telah mengetahui  akibat  jika  membuang sampah  di  aliran  sungai.  Sehingga mereka  memilih  untuk  membuang sampah   di   tempat-tempat   yang memang  telah  disediakan  untuk  itu. Akan tetapi, tidak semua masyarakat yang memahami hal tersebut dengan baik..” (Wijaya dan Muchtar, 2019: 409). 

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa sebagian kecil rakyat sudah mulai peduli dengan cara membuang sampah ke tempatnya tetapi sebagian besar masyarakat masih belum sadar dan belum peduli terkait permasalahan yang timbul ini.

Untuk menyikapi ketidakpedulian dan ketidaksadaran dari sebagian besar rakyat tersebut, ada baiknya dipajang poster terkait pentingnya membuang sampah pada tempatnya. 

Walau memang poster ini tidak akan berdampak secara langsung terhadap perubahan perilaku masyarakat, tetapi poster ini menjadi salah satu langkah awal untuk membangun suatu rakyat yang lebih peduli dan lebih terlibat lagi. 

Mungkin jangkauan poster ini hanya ke satu hingga puluhan orang tetapi bila setidak-tidaknya satu mulai bertobat dan memperbaiki diri, terdapat kemungkinan terjadi ripple effect dimana perlahan-lahan orang lain juga ikut terpengaruhi dan seterusnya hingga suatu langkah kecil yang sepele bisa membuahkan suatu hasil yang besar. Jadi, untuk saat ini suatu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan poster. 

Selain dari kepedulian yang kurang, dari penelitian yang sudah dilakukan terkait hal tersebut, ditemukan juga bahwa sikap dari rakyat itu sendiri juga menjadi salah satu masalah.

“Pemerintah telah  memasang  papan  larangan  dan himbauan  untuk  tidak  membuang sampah  ke  sungai  Namun  sebagian dari mereka cenderung tetap bersikap acuh  tak  acuh  kepada  ajakan  untuk tidak  membuang  sampah  ke  sungai.” (Wijaya dan Muchtar, 2019: 410). 

Dari kutipan tersebut, sikap dari rakyat itu sendiri yang masih tidak taat kepada peraturan yang diterapkan menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya lingkungan yang kotor. 

Salah satu hal yang juga menjadi masalah adalah kebutuhan manusia yang tidak pernah berakhir. “Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.” (Juita, et al. 2021: 1). 

Tindakan-tindakan manusia itu sendiri menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah lingkungan yang kotor ini. Sayang sekali, hal ini tidak dapat sepenuhnya terselesaikan tetapi dapat diminimalisir. Bila manusia selalu menerapkan prinsip 3R dan paling utama yaitu mengurangi atau Reduce. Jika manusia itu sendiri mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai, barang-barang yang menimbulkan banyak limbah, dll, maka tentunya akan mengurangi juga terjadinya pencemaran lingkungan atau lingkungan yang kotor.

Untuk menangani bila terdapat masalah terkait lingkungan yang kotor ini, RW 03 memutuskan untuk membentuk sebuah kumpulan orang yang bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Pasukan ini akan kemudian dipanggil bila ditemukan lingkungan dalam kawasan Duri Kepa yang kotor. I

ni menjadi salah satu solusi yang terbilang cukup efektif dengan dibentuknya kelompok yang sepenuhnya bertugas dan bertanggung jawab untuk menjamin kebersihan lingkungan. Walaupun begitu, masih tidak akan sepenuhnya menghilangkan masalah lingkungan kotor ini terutama masalah sampah apalagi di lingkungan lain.

Dari keseluruhan teks diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya masalah lingkungan yang kotor masih ada di dunia ini. Ini terjadi karena pengelolaan sampah yang kurang baik, kesadaran rakyat yang kurang, sikap rakyat yang kurang, dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka yang sengaja/tidak sengaja menimbulkan pencemaran lingkungan. 

Saran saya adalah bagi kawasan lain untuk mencoba menerapkan solusi dari RW 03 yaitu dengan membentuk pasukan khusus untuk menjaga kebersihan lingkungan. 

Beberapa langkah tindak lanjut yang bisa dilakukan juga untuk membawa dan meningkatkan kesadaran terhadap hal ini seperti membuat jurnal, membuat poster, dll. Lalu, sebagai bagian dari warga sendiri, saya akan juga berusaha dan berupaya untuk taat kepada peraturan dan mengambil bagian dalam membersihkan lingkungan tempat tinggal saya seperti dengan membuat poster dan memungut sampah bila ditemukan. Ini menjadi komitmen saya juga untuk kedepannya.

Daftar Pustaka

Fitriani, Upit. 2020. KEBERSIHAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL BANK SAMPAH: http://repositori.unsil.ac.id/7514/. Diakses 28 Oktober 2023.

Juita, Firda, et al. 2021. MENGURANGI, MEMBATASI, DAN MENGATASI PENCEMARAN: https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/23427/Materi%20Pengabdian%20Juni%202021.pdf?sequence=1. Diakses 30 Oktober 2023.

Nurhasanah, Amalillah. 2019. Analisis Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan Mental. Diakses 28 Oktober 2023.

Wijaya, Yuliana Fitri, Henni Muchtar. 2019. Kesadaran  Masyarakat  Terhadap  Kebersihan  Lingkungan Sungai: http://jce.ppj.unp.ac.id/index.php/jce/article/view/297/105. Diakses 29 Oktober 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun