Berharap kekerasan oleh aparat segera dihentikan dari segala jenis penyelesaian yang masih saja semena-mena.
Ada hangat yang pelan-pelan mengalir di pipinya,
Tak mudah membuat sebuah tulisan panjang ketika hatinya tengah diredam kemarahan,
Dihancurkan harapan,
Dibuat berantakan.
Ia ingin pulang saja ke haribaan ibu,
Menyerah dan pasrah sambil mengeluh, "aku tak mampu."
Namun ia teringat akan genteng-genteng rumah yang bocor oleh air hujan dan belum juga dibenahi hingga kini,
Terkadang meringkuk di kubikal kantor sambil memasang pengeras suara di telinga dengan wajah penuh kepalsuan ia terus menerka-nerka,
Menahan nafas, merindukan sayur kangkung dengan lauk udang yang penuh kenikmatan.
Di sisa tenaga dalam udara kamar kos setelah ia membersihkan diri dari kepentingan dunia,