Mohon tunggu...
Lintang Matahari
Lintang Matahari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

JKT 41. JKT 28'15. Mein Traum ist es in Deutschland zu studieren. Meine Webseite - http://sternundsonne.wix.com/lintangmataharihasan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tawaf Khatulistiwa: Ritual EQUINOX di Pontianak

21 Oktober 2014   21:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:14 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang banyak motif untuk pilihan "wisata", seperti pemandangan alam nan elok, kuliner, sejarah, dll. Namun wisata "MAGIS" di titik nol khatulistiwa masih sedikit diketahui orang yang berkunjung. Daya tarik seperti ini bersifat unik.  Dan lebih menarik lagi ketika ada ritual wisata yang baru saja saya ketahui yaitu "TAWAF KHATUSLISTIWA." [caption id="attachment_348916" align="alignnone" width="310" caption="Tugu Khatulistiwa (Sumber Foto: http://garudamagazine.com)"][/caption] [caption id="attachment_348918" align="alignnone" width="292" caption="Mengitari Tugu ini disebut Tawaf Khatulistiwa (Sumber Foto: Koleksi pribadi)"]

1413874137607655039
1413874137607655039
[/caption] Bagi Anda yang berniat jalan-jalan, Pontianak adalah pilihan yang menarik terkait dengan wisata "MAGIS". Pada bulan Maret dan September kota Pontianak selalu banyak dikunjungi wisatawan terutama saat equinox. Istilah equinox mengacu pada definisi durasi siang dan durasi malam sama panjangnya. Equinox terjadi pada 20-21 Maret dan 22-23 september. Pada saat equinox tersebut banyak pengunjung yang berputar mengelilingi tugu khatulistiwa yang terletak di kota Pontianak. Mungkin karena banyaknya pengunjung yang berputar mengitari tugu tersebut mirip tawaf yang dilakukan umat Islam di Mekkah, kemudian muncul istilah  TAWAF KHATULISTIWA. Oleh banyak orang, ritual mengelilingi titik-nol khatulistiwa ini seringkali dikaitkan dengan aroma magis. TAWAF KHATULISTIWA: Ritual Wisata atau kebetulan saja? Sembiring yang menjadi tetua (sesepuh) yang bertempat tinggal dekat tugu atau monumen khatilistiwa tersebut mengemukakan bahwa ia memang sering melihat pengunjung yang berputar mengitari tugu equator beberapa kali. Ketika beberapa kali tetua tersebut melihat pengunjung berputar mengitari tugu, ia berpendapat bahwa orang-orang mengitari tugu karena bisa menginjakkan kaki di bumi belahan utara dan kemudian bumi belahan selatan beberapa kali dalam waktu yang singkat. Tentu saja ini alasan yang hebat....Dan berputar mengitari tugu saat equinox adalah sesuatu yang dirasa sensasional, karena mereka berpikir mereka bergerak tanpa bayangan. Tapi tetua ini juga melihat bahwa sebagian dari mereka yang mengitari tugu equator ini berjalan sambil berkemak-kemik alias sambil berdoa. Inipun tidak bisa disalahkan. Bukankah patut disyukuri oleh pengunjung bahwa ia telah melihat salah satu kebesaran area ciptaan Tuhan, yaitu titik nol bumi, dimana benda disana bisa tak berbayang. Telor bisa berdiri tegak karena medan gravitasi yang seimbang, dan alasan unik lainnya karena kedudukan area tersebut di titik nol garis lintang bumi. Dan dalam rasa syukur karena melihat fenomena yang ditampilkan itu kemudian mereka berdzikir dan kemudian dilanjutkan dengan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan. Bukankah itu adalah perbuatan terpuji? [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Lomba mendirikan telor bagi anak-anak di Pontianak (Sumber: http://kla.or.id)"][/caption] Tetua Sembiring berargumen bahwa Tawaf Khatulistiwa bukan bagian dari ibadah dalam agama Islam walaupun kemudian istilahnya meminjam kata 'tawaf'. Tidak ada aturan berapa kali putaran. Dan tidak ada aturan orang yang berkunjung harus berputar mengitari tugu. Walaupun disebutkan bahwa beberapa pengunjung percaya bahwa melakukan Tawaf Khatulistiwa sambil berdoa mudah dikabulkan Tuhan, dikatakannya ini mirip ritual wisata di candi Borobudur, yaitu menjangkau kepala patung dalam stupa. Percaya atau tidak percaya terhadap ritual wisata semacam itu tergantung masing-masing. Area Elektromagnetik-Magis yang Kuat? Ada beberapa orang percaya bahwa di titik nol permohonan kepada Tuhan mudah dikabulkan karena pada titik nol tersebut adalah area elektromagnetik-magis (istilah apalagi nih?) yang dianggap sangat kuat. Pendapat ini tidak disanggah oleh Tetua Sembiring. Ia bahkan mendengar cerita adanya kesuksesan hidup dari orang-orang yang berdoa sambil mengitari tugu (Thawaf Khatulistiwa). Namun ia berkilah bahwa setiap doa yang sungguh-sungguh dilakukan dengan khusuk pasti dikabulkan. Termasuk ketika berdoa sambil bertawaf khatulistiwa. Dan "itu semua tergantung keyakinan masing-masing", kilahnya. Terlebih lagi menurut Tetua Sembiring, ritual wisata "tawaf khatulistiwa" seperti itu ternyata bukan hanya dilakukan oleh pengunjung yang beragama Islam tetapi juga dari pengunjung yang beragama lainnya....Jadi itu benar-benar hanya RITUAL WISATA! BUKAN RITUAL AGAMA. Dan penggunaan istilah tawaf...entah siapa yang memulainya. Jadi jangan lupa, bila anda berkunjung ke Pontianak, sempatkan jalan-jalan ke titik nol equator. Dan bila anda tidak yakin...tidak perlu melakukan ritual wisata TAWAF KHATULISTIWA. Tapi bila Anda selalu berdzikir & berdoa dimanapun Anda berada, itu tetap menjadi perilaku terpuji! Sebagaimana petuah Tetua Sembiring. Jadi tidak salah juga bila Anda berkunjung ke Pontianak untuk mencoba efek magis titik nol khatulistiwa dengan cara mengitarinya sambil berdoa yang diyakini banyak orang MAKBUL. Ini dia, nasihat beberapa orang yang telah pernah melakukan TAWAF KHATULISTIWA: 1. Putaran pertama adalah DZIKIR & TAHLIL: memuja kebesaran Tuhan atas rahmahNYA bisa sampai ke titik Nol (Tugu Khatulistiwa) 2. Putaran kedua mengucapkan permohonan pribadi yang diinginkan, misalnya memohon rizki, ketenangan hidup, dll. 3. Putaran ketiga adalah Doa untuk kemaslahatan manusia, pemimpin, sesepuh, dll., yang biasanya pengunjung beragama Islam mengakhiri dengan Doa SAPUJAGAD. Penasaran? Ingin buktikan wisata Magis? Silahkan buktikan sendiri dengan berwisata ke Pontianak. Selamat berjalan-jalan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun