Mohon tunggu...
LINES
LINES Mohon Tunggu... Relawan - LDII News Network

Menulis adalah cara untuk berbagi perspektif. Saling menghargai adalah kunci untuk bertukar perspektif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Historiografi Pembebasan untuk Indonesia di Era Milenial

13 Agustus 2021   05:41 Diperbarui: 13 Agustus 2021   05:48 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para seniman tari topeng di Jawa awal pada awal abad 20. Dok. US Library Of Congress 

Oleh karena dalam sejarah manusia selalu saja ada kecenderungan eksploitasi dan dominasi antara satu kelompok dengan kelompok lain maka ilmu-ilmu sosial dan kebudayaan juga perlu memberikan fokus kepada upaya praksis tidak hanya sekedar memberi pemahaman atas ketidakadilan dalam distribusi kekuasaan dan resources, tetapi seharusnya berusaha untuk ikut membantu menciptakan kesetaraan, keadilan, dan kemajuan masyarakat. 

Hal ini juga sesuai dengan perkataan Jean Paul Sartre bahwa tugas intelektual tidak hanya membeberkan fakta tetapi duja harus berjuang untuk kemajuan, keadilan, kebenaran, dan nilai-nilai universal lainnya. 

Jika kaum Marxis mengatakan bahwa filsafat tidak hanya menjadi alat untuk memahami dunia tetapi harus mengubah dunia, maka melalui historiografi pembebasan ini seharusnya sejarah bukan hanya sebagai alat untuk memahami masa lampau tetapi menjadi media untuk mengubah masa kini dan masa depan.

Dengan demikian, secara aksiologis historiografi pembebasan diharapkan dapat membangkitkan kesadaran realitas kekinian yang objektif berdasarkan analisis diakronis. Selanjutnya, kesadaran itu mendorong terjadinya action untuk memperbaiki kondisi yang masih belum sesuai dengan yang dicita-citakan. 

Sejarah hendaknya dapat melakukan pembebasan masyarakat dari kungkungan ketidaktahuan, mitos, dan manipulasi serta berhala-berhala masa lampau. Hal ini pernah diperingatkan oleh John F. Kennedy bahwa: "the great enemy of truth is very often not the lie but the myth" (musuh besar saat ini seringkali bukan kebohongan tetapi mitos). 

Banyak mitos dapat dijumpai dalam sejarah Indonesia seperti penjajahan Belanda selama tiga setengah abad, eksploitasi hanya dilakukan oleh kolonial Belanda, orang sipil tidak atau belum siap menduduki tampuk pimpinan negara, dan sebagainya. Belenggu mitos ini akan mengakibatkan ketidakmampuan dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang dihadapi sesuai dengan jatidiri bangsa. 

Mitos tentang penjajahan 350 tahun misalnya, seringkali digunakan sebagai kambing hitam atas berbagai kegagalan yang dialami selama masa kemerdekaan, padahal kegagalan itu bisa saja bersumber dari kesalahan bangsa kita sendiri. Oleh karena segala kesalahan ditimpakan pada kolonialisme, maka para pimpinan kita jarang ada yang mau melakukan otokritik.

Para filsof besar secara jelas telah mengakui adanya fungsi sejarah dalam kehidupan masyarakat. Seorang filsuf terkemuka, Collingwood, mengatakan: "knowing yourself means knowing what you can do; and since nobody knows what he can do until he tries, the only clue to what man can do is what man has done". Dengan demikian sebuah bangsa harus belajar sejarah pendahulunya.

Bahkan juga di dalam agama Islam, Allah Swt. memerintahkan orang Islam untuk belajar dari masa lampau dengan ungkapan-ungkapan seperti: Aroaytalladzii.... (adakah tidak melihat kamu sekalian...). 

Artinya orang Islam diperintah untuk melihat, bagaimana misalnya, akibat jika orang mendustakan agama. Kita diperintahkan tidak hanya belajar sejarah (learning history), tetapi juga belajar dari sejarah (learning from history). Dengan belajar sejarah orang akan menjadi lebih bijak.

Bangsawan Jawa dengan dua pelayannya. Dok. Tropenmuseum 
Bangsawan Jawa dengan dua pelayannya. Dok. Tropenmuseum 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun