"Mudik itu bukan cuma soal pulang ke kampung halaman, tapi juga tentang berbagi kebahagiaan dan menjalin kembali ikatan dengan keluarga." (Wahyu Prakoso)
Kutipan dari Wahyu Prakoso tentang mudik yang bukan hanya soal pulang ke kampung halaman, namun juga tentang berbagi kebahagiaan, sangat relevan dengan pengalaman saya kali ini. Sebagai seorang yang tinggal jauh dari keluarga, mudik kali ini benar-benar memberikan makna yang dalam tentang pentingnya menjaga ikatan keluarga dan mempererat hubungan dengan orang-orang tercinta.
Mudik memang selalu dinanti-nanti setiap tahun, apalagi jika sudah lama tidak bertemu dengan keluarga yang tinggal jauh. Sebagai warga Yogyakarta, saya merasa mudik ke kampung halaman adalah cara terbaik untuk merasakan kembali kehangatan keluarga dan merayakan kebersamaan. Namun, kali ini saya tidak mudik ke Jakarta seperti biasa, melainkan ke Palembang, tempat kakak saya tinggal. Walau tidak sering ke Palembang, mudik kali ini terasa sangat berbeda dan penuh cerita yang tak akan terlupakan.
Sebelum keberangkatan, kami sudah menyiapkan segala sesuatu untuk perjalanan ini. Setelah merencanakan tanggal keberangkatan, kami memutuskan untuk menggunakan transportasi bus sebagai pilihan utama, karena lebih hemat dan tentunya lebih fleksibel. Kami membeli tiket bus jauh-jauh hari supaya tidak kehabisan tempat. Pagi hari kami berangkat dari Yogyakarta menuju Palembang dengan perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 24 jam.
Keputusan memilih bus ini sebenarnya sangat tepat, meskipun perjalanan panjang, tetapi lebih nyaman dan hemat biaya dibandingkan dengan naik pesawat. Sepanjang perjalanan, pemandangan alam Indonesia yang indah menemani kami, mulai dari hutan tropis hingga perbukitan yang hijau. Di dalam bus, kami juga saling berbincang dengan penumpang lain, saling bertukar cerita dan pengalaman mudik masing-masing.
Namun, yang paling menantikan adalah tiba di Palembang dan bertemu dengan keluarga besar di sana. Rasanya sudah sangat lama kami tidak bertemu, dan kerinduan itu semakin terasa saat semakin dekat dengan tujuan. Kami pun tiba di Palembang pada malam hari, dan dari situ, perjalanan masih belum selesai.
Begitu sampai di Palembang, kami tidak langsung bisa menuju rumah kakak saya yang berada di pedesaan. Dari pusat kota Palembang, kami masih harus melanjutkan perjalanan menggunakan travel yang memakan waktu sekitar lima jam untuk sampai ke desa kakak. Jarak yang cukup jauh ini membuat perjalanan kami semakin panjang, namun seiring perjalanan, suasana semakin terasa nyaman. Meski lelah, kami tetap antusias, karena semakin dekat dengan tujuan.
Di dalam travel, kami mulai melihat sisi lain dari Palembang yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Setelah meninggalkan kota yang sibuk, kami masuk ke daerah yang lebih sepi dan hijau, dengan pemandangan sawah terbentang luas di kiri dan kanan jalan. Desa yang saya tuju memang terletak cukup jauh dari pusat kota, dan suasananya sangat berbeda dengan keramaian kota Palembang yang biasa saya kenal.