Mohon tunggu...
Linda Septiana
Linda Septiana Mohon Tunggu... Mahasiswa PG Paud Semester 3 STKIP Muhammadiyah kuningan

Dunia anak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak dan Harta Ujian yang bikin Lupa atau Justru Membawa Berkah

27 Juni 2025   08:02 Diperbarui: 27 Juni 2025   08:02 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tugas Matkul Pendidikan Anak dalam keluarga dosen Pengampu Dr Erik M. Pd

Oleh May Sumarni

Awal Mula Renungan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang berkata, "Yang penting anak sukses," atau "Asal punya rumah dan anak-anak sehat, hidup sudah tenang." Nggak salah memang. Tapi pernahkah kita bertanya: apakah anak dan harta hanya sekadar kebanggaan, atau jangan-jangan keduanya justru ujian?
Allah sudah menyampaikan hal ini dalam Surat Al-Kahfi ayat 46:

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan kebajikan yang terus-menerus lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik untuk menjadi harapan."
(QS. Al-Kahfi: 46)

Ayat ini menyentil hal yang sangat dekat dengan kehidupan keluarga: soal anak dan harta. Mari kita bahas pelan-pelan.
Apa yang Sebenarnya Ingin Allah Ajarkan Lewat Ayat Ini?
Ayat ini ingin mengingatkan bahwa harta dan anak memang nikmat, bahkan bisa jadi sumber kebahagiaan. Tapi jangan lupa---semuanya bersifat sementara. Yang abadi adalah amal kebaikan.

Jadi, tujuan punya anak bukan cuma buat senang-senang atau pamer ke tetangga. Tapi bagaimana kita bisa membimbing anak menjadi amal jariyah---bekal panjang sampai kita tiada.

Siapa yang Punya Peran Penting? Tentu, Orang Tua
Ayat ini erat kaitannya dengan tugas orang tua dalam mendidik anak. Anak bukan hanya untuk dibanggakan prestasinya, tapi harus dididik dengan nilai-nilai Islam agar jadi pribadi yang baik di dunia dan jadi penyelamat bagi orang tuanya di akhirat.
Kalau hanya fokus pada nilai rapor, hafalan lomba, atau ranking kelas tanpa menanamkan nilai kebaikan dan akhlak, maka bisa jadi kita hanya sedang "mengoleksi perhiasan dunia"---bukan menanam amal abadi.
Kapan Pendidikan Itu Harus Dimulai?
Jawabannya: sejak dini, bahkan sejak anak belum lahir.
Saat masih dalam kandungan, ibu bisa mulai membiasakan membaca Al-Qur'an.
Setelah lahir, biasakan anak mendengar dzikir dan kisah nabi. Saat anak mulai berbicara, tanamkan kata-kata baik.Saat anak mulai bisa memilih, beri arahan dengan kasih sayang.

Mendidik anak itu proses panjang. Bukan langsung jadi. Tapi justru di situ letak ujian dan amal jariyahnya.

Di Mana Tempat Terbaik untuk Mendidik Anak?
Jawabannya sederhana: di rumah sendiri.
Sekolah, guru ngaji, bahkan pesantren hanyalah tempat bantu. Tapi yang membentuk nilai dan karakter anak paling kuat adalah suasana rumah dan keteladanan orang tua.
Kalau anak lebih sering melihat orang tuanya bicara kasar, maka dia akan menganggap itu hal wajar. Tapi kalau anak setiap hari melihat ayahnya sholat tepat waktu dan ibunya sabar dalam menghadapi masalah, ia akan merekam itu sebagai contoh hidup.
Kenapa Anak dan Harta Bisa Jadi Ujian?
Karena:Keduanya bisa melalaikan kita dari akhirat.
Kadang, kita terlalu sibuk cari harta sampai lupa mendidik anak.
Kadang, kita terlalu sibuk banggakan anak sampai lupa bahwa ia belum shalat.
Bahkan, ada orang tua yang rela melakukan apa saja demi anaknya, termasuk hal yang haram, karena ingin "membahagiakan" anak.
Allah menyebut "perhiasan dunia" bukan tanpa sebab. Perhiasan itu indah, tapi juga rapuh dan mudah hilang. Maka yang harus dijaga adalah esensi dari semuanya: niat, akhlak, dan ibadah.
Bagaimana Cara Menerapkan Nilai QS. Al-Kahfi: 46 dalam Keluarga?
Berikut beberapa langkah nyata yang bisa diterapkan sehari-hari:
1. Kaji Ulang Tujuan Mendidik Anak
Tanyakan pada diri sendiri:

Apakah saya ingin anak sukses dunia saja, atau juga selamat di akhirat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun