Mohon tunggu...
Linda Mega Denada
Linda Mega Denada Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

@linda_denada

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Yakin

24 Februari 2021   17:53 Diperbarui: 24 Februari 2021   18:05 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


"Tapi aku cape harus pulang sore terus, belum kerkom, apalagi kalian tau kan aku paling gasuka bolos" ujar Riska
"Ya semua juga sama Ris, apalagi Paskibra ketat banget, lihat ekskul yang lain tapi mereka pada semangat koo" jawab Yusie
"Nah, Paskibra kadang hari libur itu dipake buat latihan, lebih cape dari kita, kita santai aja perasan diem dikelas, materi doang, paling kalo mau lomba baru deh" sahut Nada
"Bukan masalah itu, jujur aku suka dimarahin kadang nyampe rumah kemaleman, kan beres ekskul sore, emang nya kalian pada deket" ujar Riska


Riska beralasan bahwa dia sangat lelah sekali berada di Ekskul bahasa karena harus selalu pulang sore daripada murid-murid lainnya. Riska pun berkata kepada kami bahwa dia sering dimarahi oleh ibunya karena pulang terlalu sore hampir menjelang maghrib karena rumahnya paling jauh dari aku dan Yusie. Riska mengaku kepada aku dan Yusie bahwa dirinya sangat menyesal masuk Ekskul bahasa. Aku dan Yusie sangat kecewa dengan penjelasan Riska dan mulai saat itu pula kami dan Riska tidak berkomunikasi terlebih dahulu. Di Ekskul pun aku dan Yusie sering berjauhan dengan Riska
Ketika pengumuman seleksi untuk lomba di Universitas, Riska tidak hadir karena beralasan sakit gigi kepada pembina. Aku dan Yusie tahu kalau Riska sedang berbohong. Aku sama sekali tidak menyangka nama tiga anggota Ekskul Bahasa baru terplilih untuk mengikuti lomba di Universitas. Ketiga anggota itu tak lain dan tak bukan adalah aku, Yusie dan Riska. Padahal masih banyak yang lebih baik dari pada kami. Aku harus lebih giat berlatih untuk menampilkan yang terbaik di perlombaan nanti. Sejak saat itu kami diharuskan untuk berlatih ekstra dibandingkan anggota lain yang tidak terpilih.


"Nad aku gan yangka kita kepilih" ujar Yusie
"Apalagi aku Yus, aku paling lemot gini bisa kepilih ngalahin yang udah jago anggota lama wawww terhura" kata Nada
"Kamu lagi beruntung aja itu Nad" Yusie bercanda
"BUKAN NYA DI APRESIASI YAA TEMEN NYA KEPILIH" sahut Nada yang lagi Bete
"Hahhaa cup cup becanda Nad becanda kan Aku suka becanda lupa dah kamu" ujar Yusie


Latihan pertama sejak pengumuman itu, Riska kembali tidak hadir dengan alasan yang sama. Nekat sekali dia berbohong kepada pembina, aku yakin lambat laun pembina akan mengetahui kebohongan Riska. Saat latihan, barisan tengah pun dikosongkan satu, karena posisi itu milik Riska yang berpura-pura sakit.
Dan benar dugaanku, pembina mengetahui kebohongan Riska Ia sangat murka, kepercayaan yang diberikannya kepada Riska sangat disia-siakan oleh Riska. Tanpa basa-basi pembina kami pun langsung mengeluarkan Riska dengan tidak terhormat, dan pembina Ekskul Bahasa itu menyebarkan surat kepada para pembina ekskul yang lain untuk tidak memasukkan Riska ke ekskul mereka masing-masing. Posisi Riska di Ekskul Bahasa untuk lomba digantikan oleh adik kelas kami yang sebelumnya tidak terpilih. Kini Riska tidak mempunyai satu ekskul pun, dan dia terancam tidak lulus tahun depan. Aku dan Yusie sebenarnya sangat menyangkan hal ini.
Waktu pun semakin berlalu, aku gagal mempersembahkan piala untuk Ekskul Bahasa sekolahku. Namun pembina kami sangat berterimakasih kepada kami atas perjuangan dan semangat yang diperlihatkan saat lomba di Universitas. Menurutnya, kami bisa lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya bulan mendatang. Aku dan Riska kecewa dengan hasil ini. Padahal kami sudah yakin bisa membawa pulang piala walaupun hanya piala juara 3. Namun nasib berkata lain. Sejak saat itu, aku semakin tidak semangat di Ekskul Bahasa ini. Aku dan Yusie menjadi sering bolos. Dan kami bolos sudah lebih dari 3 hari. Nampaknya sekretaris Ekskul bahasa belum melaporkan hal ini kepada pembina, karena aku yakin sekretaris itu tidak rela jika aku dan Yusie dikeluarkan dari Ekskul bahasa ini.


"Aku tahu dia sangat menyukai kita sejak aku pertama kali masuk ke Ekskul Bahasa" ujar Nada
"Namun pembina Ekskul Bahasa bernama itu sangatlah jeli, dia tahu aku dan kamu telah bolos lebih dari tiga har" kata Yusie
Namun dia seolah-olah masih memberikan kami kesempatan untuk berubah, namun kami tidak menggubrisnya. Dan suatu saat pembina memanggil kami. Dia berkata baik-baik, bertanya kepada kami mengapa kami begini. Katanya, kami sangat berpotensi sekali di Ekskul Bahasa. Dan dia masih memberikan kami kesempatan kedua dalam jangka satu bulan ini untuk kembali bergabung dengannya di Ekskul Bahasa ini. Aku sama sekali tidak menyangka dengan Mr. Bima (nama pembina ekskul bahasa) ternyata walaupun di kelas sangat serius dan tegas ternyata dia baik dan juga asik seperti yang aku kira dahulu. Dan yang paling mengejutkan lagi, Mr. Bima menyuruh kami untuk menyampaikan hal ini juga kepada Riska. Mr. Bima tidak ingin menjadikan Riska sebagai korban kekecewaannya waktu itu.


Aku tidak bisa tidur semalaman setelah Mr. Bima berkata seperti itu kepada kami. Aku bingung harus bagaimana. Ini kesempatan untuk bisa naik kelas tahun depan, namun jika hati ini sudah tertutup tak akan ada artinya lagi. Meskipun aku tahu ancaman untuk tidak lulus karena tidak mempunyai ekskul hanya omong kosong belaka, namun siapa tahu omongan itu memang benar-benar terjadi.


"Yus kok Aku kepikiran terus yaaa sama omongan Mr. Bima tadi" kata Nada
"Lah biasa aja kali, ternyata asik juga ya Mr. Bima itu sama kaya aku, jadi kaga tegang lagi dah kalo lagi ekskul bisa canda dikit hahaha" kata Yusie
"Yus yus aku serius kamu becanda terus yaaa" ujar Nada


Kini aku dan kedua sahabatku itu seolah-olah tidak mengenal satu sama lain ketika di sekolah. Kami istirahat masing-masing tidak seperti dahulu lagi. Aku memilih untuk bergabung dengan teman-teman yang lain. Begitu pula dengan Yusie dan Riska
Besok adalah hari terakhir kami untuk memutuskan apakah tetap pada pendirian kami untuk keluar dari Ekskul Bahasa atau kembali menjadi bagian dari anggota Ekskul Bahasa sekolah yang sangat dihormati. Aku berpikir keras, aku memohon kepada Tuhan untuk meminta petunjuk dariNya agar aku bisa tenang. Aku pun bermimpi ketika tidur bahwa aku dan kedua sahabatku harus kembali masuk ke Ekskul Bahasa, jika tidak kami akan menyesal. Aku pun terbangun.


Hari terakhir pun tiba, ini saatnya keputusan. Jam sudah menunjukkan pukul 12.25 tinggal 5 menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Tak lama kemudian bel itu pun benar-benar berbunyi, jantungku berdebar kencang. Aku sangat tertekan, masa depanku di sekolah ini ditentukan hari ini juga. Aku harus melakukannya, aku yakin aku harus kembali ke Ekskul Bahasa dan tentunya dengan kedua sahabatku. Karena Yusie satu kelas denganku, aku pun mencoba menghampirinya ketika ia memakai sepatunya hendak pulang.


Aku berkata kepadanya, "Yus kita harus kembali ke Ekskul Bahasa"
"Maaf Nad, aku udah punya rencana kalo emang nanti aku gakan lulus karena gak punya ekskul" jawab Yusie
"Rencana apa emang Yus?" Tanya Nada
"Aku mau pindah ke dan mencari sekolah baru" jawab Yusie
"Yus itu gak baik, kita adalah sahabat dan selamanya kita akan selalu bersama" ujar Nada

Tak lama kemudian dia pergi meninggalkanku. Aku gagal membujuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun