Namun, ketika "slow living" dijadikan alasan untuk menunda tanggung jawab, tidak disiplin, atau bahkan berhenti berusaha, maka itu bukan lagi bentuk ketenangan melainkan penipuan terhadap potensi diri.
Seseorang yang menenangkan diri akan menyadari batasannya, lalu mengisi ulang energinya agar mampu kembali melangkah. Sementara seseorang yang menipu diri hanya bersembunyi dalam kenyamanan sementara, dan akhirnya tidak bergerak maju.
Refleksi dan Keseimbangan
Kaum muda perlu belajar membedakan mana ketenangan yang menyembuhkan dan mana kenyamanan yang mematikan. Menenangkan diri harus dilandasi oleh kesadaran, evaluasi diri, dan tujuan untuk pulih dan tumbuh.
Sedangkan menipu diri terjadi ketika seseorang sadar ada masalah, tapi memilih tidak peduli atau berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Langkah awalnya adalah jujur pada diri sendiri.
Bertanya: "Apakah aku sungguh butuh istirahat, atau aku hanya takut mencoba lagi?" atau "Apakah aku sedang merawat diriku, atau hanya menunda beban yang harusnya kuselesaikan?"
Refleksi seperti ini tidak selalu mudah, tetapi sangat penting. Karena kedewasaan bukanlah soal usia, melainkan keberanian untuk menghadapi hidup dengan jujur.
Peran Komunitas dan Spiritualitas
Dalam proses membedakan antara menenangkan diri dan menipu diri, peran komunitas sangat penting. Sahabat, mentor, atau komunitas rohani yang sehat bisa menjadi cermin yang objektif.
Mereka membantu kita tetap berpijak pada kenyataan, namun tetap dengan empati. Tak kalah pentingnya, spiritualitas juga berperan besar.
Dalam keheningan doa, meditasi rohani, atau perenungan iman, seseorang dapat menemukan kedamaian yang sejati bukan semu. Ketenangan yang sejati tidak lari dari kenyataan, tapi memberi kekuatan untuk menghadapinya.
Penutup
Kaum muda hari ini berada dalam zaman yang penuh tantangan, tetapi juga penuh peluang. Menenangkan diri adalah hak semua orang, namun harus dibarengi dengan kejujuran dan tanggung jawab.
Jangan sampai dalam usaha mencari ketenangan, kita justru kehilangan arah karena terlalu nyaman dengan ilusi. Mari menjadi generasi yang sadar, jujur, dan berani.