"Aku akan menjaganya," kata Mueza.Â
"Tapi aku tetap takut!" kata Akil dengan suara yang lebih keras.
"Akil, jangan penakut gitu!" sahut salah satu anak kambing.Â
"Iya, penakut amat sih!" timpal anak kambing yang satunya lagi.Â
Mueza hanya diam, tidak membela Akil yang nampak kesal dan juga tidak membela dua anak kambing usianya nampak lebih muda dari Mueza dan Akil.Â
"Letakkan, Mueza. Tinggalkan kayu-kayu itu. Di langit rembulan bersinar terang. Dan itu sudah cukup menerangi kita!" lanjut Akil dengan suara yang tetap keras.Â
Mueza lalu meletakkan dan meninggalkan kayu-kayu yang sempat dikumpulkannya tadi. Namun, tetap diam dan tidak berani berkata apapun.Â
"Akil penakut! Akil bukan anak pemberani!" kata dua anak kambing tersebut yang saling bersahutan.Â
Mueza menoleh ke arah burung merpati putih. Berharap lekas bangun dan bisa meredakan perdebatan. Sedangkan Akil dan dua anak kambing tersebut tetap beradu mulut, membenarkan pendapat masing-masing.Â
Mueza yang ketakutan lalu membangunkan burung merpati putih, dan berharap merpati putih bisa melerai Akil dan dua anak kambing.Â
"Bibi, Bibi Merpati. Tolong bangun. Akil sedang beratem. Ayo Bibi!" kata Mueza pelan sambil menarik-narik kaki burung merpati putih yang baru saja memejamkan mata.Â