Mohon tunggu...
LINA lina
LINA lina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIn Walisongo Angkatan'21

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Anti Korupsi Melalui Penguatan Karakter di Era Industri

29 November 2021   12:18 Diperbarui: 29 November 2021   12:29 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Prinsip dasar industry 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan system, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri. Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomasi hampir disemua bidang. 

Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia. Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. 

Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian ( uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. 

Jika perkembangan teknologi yang semakin cepat namun tidak diimbangi dengan penguatan karakter dan moral maka akan terjadi perubahan kebiasaan dan jika tidak ditangani dengan benar tidak menutup kemungkinan akan berdampak negative bagi para konsumen teknologi.

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Pendidikan anti korupsi bukanlah seperangkat aturan perilaku yang dibuat oleh seseorang dan harus diikuti oleh orang lain. Sebagaimana halnya dengan kejahatan lainnya, korupsi juga merupakan sebuah pilihan yang bisa dilakukan atau dihindari. 

Karena itu pendidikan pada dasarnya adalah mengkondisikan agar perilaku siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Agar perilaku tersebut dapat menjadi karakter siswa, maka beberapa langkah bisa dilakukan dalam pedidikan anti korupsi diantaranya adalah:

  • Melatih siswa untuk mengembangkan pilihan perilakunya. Untuk itu siswa harus diberi tahu tentang hak, kewajiban dan konsekuensi diri tindakan yang dilakukannya. 

  • Jika dalam diskusi siswa mengemukakan pilihannya terhadap sesuatu, maka guru bisa memberikan alternatif lain, misalnya untuk mendapatkan nilai bagus banyak cara yang bisa dilakukan. 
  • Berdasarkan alternative pilihan tersebut siswa bisa menentukan mana yang baik atau yang buruk. Jika siswa mampu memutuskan sendiri berdasarkan pilihan yang dibuatnya, maka mereka juga berani mengatakan tidak atau ya terhadap sesuatu.

  • Memberi siswa kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang luas dengan menciptakan situasi yang fleksibel dimana siswa bisa bekerjasama, berbagi dan memperoleh bimbingan yang diperlukan dari guru. karena itu kegiatan dalam menganalisis kasus, diskusi, bermain peran atau wawancara siswa merupakan situasi yang akan mengembangkan karakter anti korupsi pada diri siswa.

  • Tidak begitu terfokus pada temuan fakta seperti, berapa persen PNS yang terlibat korupsi, berapa  banyak uang negara yang hilang dikorupsi pertahun atau berapa hukuman yang tepat untuk pelaku korupsi dsb. 

  • Hal itu juga penting tetapi yang lebih penting adalah bagaimana membantu siswa menemukan sumber informasi, seperti bagaimana dan dengan cara apa informasi bisa dikumpulkan, seberapa penting informasi yang didapatkan, pengetahuan apa yang bisa diandalkan, dan posisi apa yang harus dipilih dsb. 

  • Siswa diminta untuk menganalisis posisi yang diambilnya, menyatakan pilihannya dan mengapa posisi lain tidak diambil. Dengan melatih siswa menggunakan teknik berpikir kritis pertanyaan tersebut dapat dijawabnya.

  • Melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas sosial disekolah dan di lingkungannya. Ini ditunjukkan untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan respek pada orang lain dalam rangka melatih mereka untuk berbagi tanggung jawab sosial dimana mereka tinggal. 

  • Bukan berarti karakter lain tidak penting tetapi dengan mengemukakan rasa tanggung jawab dan respek pada orang lain akan mengurangi egois dan mementingkan diri sendiri yang pada umumnya banyak dimiliki oleh para koruptor.

TINDAKAN KORUPSI

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi sebagaimana kita ketahui bersama Korupsi adalah kejahatan yang luar biasa Kenapa disebut luar biasa antara lain karena setiap orang berpotensi melakukan korupsi Jika dia tidak berhati-hati. perilaku korupsi terjadi karena sikap mental materialistis dan konsumtif masyarakat serta sistem sosial dan politik yang masih mendewakan. sebagai berikut :

1. faktor internal

  • Aspek individu, apa yang disebut dengan aspek individu antara lain adalah sikap atau sifatnya   yang tampak kemudian moral yang kurang kuat atau lemahnya moral kemudian gaya hidup yang konsumtif.

  • Aspek sosial, perilaku korupsi yang dapat terjadi karena dorongan perilaku keluarga atau orang-orang yang dianggap signifikan buat dirinya. kaum behavioristik mengatakan bahwa lingkungan keluarga yang secara kuat dapat memberikan dorongan bagi orang untuk melakukannya, bahkan bisa juga mengalahkan sifat baik yang dimiliki oleh seseorang tersebut lingkungan keluarga ataupun lingkungan orang-orang terdekat ini justru mendorong seseorang untuk menyalahgunakan kekuasaan.

2. faktor eksternal

  • Aspek sikap, masyarakat terhadap korupsi nilai-nilai di masyarakat yang kondusif atau justru memfasilitasi terjadinya korupsi masyarakat yang kurang menyadari bahwa sebenarnya korban utama dari Korupsi adalah masyarakat itu sendiri, sehingga kadang mereka cuek terhadap perilaku-perilaku korupsi, kemudian masyarakat kurang menyadari bahwa dia terlibat. 

  • Aspek ekonomi, yaitu berupa pendapatan yang tidak mencukupi sehingga dia merasa perlu mendapatkan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sayangnya Ia mendapatkan dengan cara yang tidak benar.

  • Aspek politik, yaitu kepentingan politik dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan. Sebagaimana yang sering kita dengar money politik terjadi pada saat pemilihan kepala daerah, akhirnya pada saat mereka menjabat maka mereka akan melakukan perilaku-perilaku untuk mendapatkan kembali uang tersebut, dengan menghalalkan segala cara yang diharamkannya.

  • Aspek organisasi, yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan kemudian yang berikutnya tidak ada atau lemahnya kultur organisasi yang dapat mencegah terjadinya perilaku buruk kemudian kurang memadainya sistem pertanggungjawaban atau akuntabilitas yang benar lemahnya sistem pengawasan manajemen dan lemahnya pengawasan hal itu semua merupakan aspek organisasi yang dapat menjadi penyebab munculnya perilaku perilaku korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun