Mohon tunggu...
Lilla Sesliya
Lilla Sesliya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Halo! Saya seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Komunikasi Bisnis tahun 2020 di Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kode Etik dalam Pengelolaan dan Penyajian Konten Media

9 Desember 2021   21:24 Diperbarui: 9 Desember 2021   21:27 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam wawancara saya bersama salah satu reporter media terkait penyajian mengenai suatu konten media ternyata bukan hal mudah, segala hal yang berkaitan selalu ada kode etik yang membatasinya. Beliau mengatakan bahwa menghalau berita bohong dan menyampaikan informasi yang sebenar-benarnya adalah tanggung jawab media.

 " Kita punya pilar utamanya kode etik jurnalistik, dan kalau untuk media daring ada pedoman media siber juga. Itu harus tetap diperhatikan dan harus tetap dijadikan pagarnya, setelah itu diskusi atau rapat redaksinya itu juga perlu". Ujar Margith Damanik selaku reporter media

Tidak semata-mata menyajikan konten yang sedang viral hanya untuk mendapat klik dari pembaca, namun media memiliki kode etik yang harus dipatuhi, Margith mengatakan rapat redaksi sebelum diangkat dalam konten di media perlu dilaksanakan supaya tidak melanggar kode etik.

Berita bohong termasuk salah satu pelanggaran kode etik, Sebagai penulis konten berita, seharusnya mengedepankan faktualisasi data yang terjadi dilapangan sesungguhnya, dalam artian menciptakan berita yang sehat dimana mengangkat isu yang sedang menjadi pembicaraan hangat masyarakat namun tetap dipertimbangkan kepada redaksi karena batasan kode etik yang berlaku. 

Berita atau konten 'bohong' banyak tersebar di media yang menimbulkan dampak buruk bagi pembaca tetapi tidak dengan medianya, mereka mendapatkan keuntungan dari klik tersebut, padahal mengolah sebuah konten berita dalam media harus memikirkan dampak yang akan terjadi, bukan semata-mata menambahkan "bumbu" yang membuat panas pembaca.

 "Kita harus melakukan 'cek fakta', tidak bisa hanya menemukan satu isu dan langsung dilempar saja begitu agar ramai. Kalau bohong beritanya itu banyak yang 'klik' tapi tidak berdampak positif bagi masyarakat. Sedangkan tanggung jawab media memberi kebenaran informasi untuk masyarakat". lanjutnya dengan suara lantang.

Margith dan tim nya rutin dalam cek faktualisasi berita sebelum diangkat sebagai konsumsi masyarakat. Hal ini yang membuat saya takjub terhadap lontaran Margith dan timnya, dimana beliau dan tim medianya tidak menomor satukan revenue perusahaan mereka, tetapi mereka mengedapankan masyarakat agar tidak termakan berita bohong, karena media yang baik tidak akan menebarkan sisi negatifnya.

Melalui wawancara dengan salah satu reporter media yaitu Margith, membuat saya mengetahui bahwa media bukan semata-mata mencari berita yang sedang hangat dibicarakan lalu diangkat menjadi sebuah konten dalam media untuk mendapatkan banyak klik dan menaikan perusahaan, tapi bagaimana suatu media mengolah dan menyajikan suatu berita yang benar-benar terjadi dilapangan dengan memperhatikan kode etik yang berlaku, bukan membuat panas keadaan masyarakat luar dengan berita yang disajikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun