Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pupuk Bersubsidi

20 Februari 2023   06:30 Diperbarui: 20 Februari 2023   06:37 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sambil membereskan masalah pekerjaan rumah, biasa ibu Wati sepulang mengajar selalu yang menjadi fokus itu adalah anak-anak dan rumahnya. Karena dengan bekerja pun ibu Wati tidak punya pembantu. Dengan anaknya yang tiga orang sudah diajarkan berbagi pekerjaan. Siapa yang bagian menyapu, mencuci, dan beberes rumah.

"Bu, kenapa bapak dibawa Pak polisi? Bapak berbuat curang?" tanya Eulis, anaknya yang paling kecil masih duduk di kelas 3 SD.

"Ibu juga kurang tahu, De. Semoga saja bapak tidak apa-apa, bapak kan orangnya juga jujur. Tidak mungkin melakukan hal tidak sesuai ajaran agama," jawab Ibu Wati meyakinkan anaknya.

"Terus Bu, gimana kita kalau bapak nggak pulang?" tanya anak yang kedua, Erna yang duduk di kelas 6 SD.

"Sudah kita berdo'a saja semoga bapak tidak apa-apa, dan pulang ke rumah ini," Ibu Wati menenangkan anak-anaknya.

Laila, anak yang paling besar tidak banyak bicara. Dia diam bukan berarti tidak peduli, tapi dia merasa bahwa kalau ikut khawatir seperti adik-adiknya, pasti hanya akan menambah keresahan ibunya dan adik-adiknya.

Ashar sudah lewat, Pak Ita tidak juga kunjung pulang. Laila tahu bagaimana rasa gelisah ibu dan adik-adiknya. Dia mencoba ikut menenangkannya.

"InsyaAllah paling abis maghrib bapak pulang, ya Bu?" katanya di sela-sela heningnya suasana.

"Iya, insyaAllah ya. kita berdoa saja ya," Ibu Wati dengan agak tergagap menanggapi omongan Laila.

Matahari sudah semakin ke barat, lembayung berwarna jingga menghiasi langit menjemput malam. anak-anak yang mau pergi mengaji sudah mulai jalan beriringan menuju majlis atau mushola yang biasa digunakan untuk anak-anak mengaji, ini berarti maghrib sudah hampir tiba. Tapi Pak Ita yang ditunggu keluarganya belum juga pulang. Ada apa gerangan?

"Ya Allah lindungi suami hamba," Bu Wati berdoa dalam hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun