Apa Jadinya Jika Kita Terus Menyepelekan Burnout?
"Aku tidak lemah. Aku hanya lelah. Lelah biasa. Nanti juga hilang."
Begitu kataku pada diri sendiri. Hari demi hari. Sampai akhirnya aku berhenti percaya kalimat itu---karena lelah ini tidak juga pergi. Dan yang lebih menakutkan: aku mulai berhenti peduli.
Burnout Tidak Datang Seperti Badai. Ia Datang Seperti Kabut.
Burnout tidak datang dengan peringatan keras. Ia tidak meledak. Tidak mengamuk. Ia menyelinap dalam senyap, menyamar sebagai rutinitas, dan perlahan mencuri bagian dari dirimu---minat, makna, bahkan harapan.
Saya masih bekerja. Masih tersenyum. Masih berkata "baik-baik saja". Tapi semuanya terasa hampa. Seperti aktor yang lupa naskah tapi terus dipaksa naik panggung.
Mengapa Burnout Terus Dianggap Masalah Sepele?
Karena kita hidup dalam budaya yang memuja sibuk. Di mana "capek" adalah medali, dan "istirahat" dianggap dosa.
Ketika saya mulai kehilangan semangat, saya dibilang "kurang bersyukur". Ketika saya menarik diri, saya dianggap "moody". Tidak ada yang melihat bahwa saya sedang tenggelam perlahan---termasuk saya sendiri.
Burnout bukan lelah biasa. Ini luka dalam jiwa yang tidak bisa disembuhkan hanya dengan tidur semalam.
Dan Jika Terus Disepelekan, Apa yang Akan Terjadi?
Kamu akan bekerja keras, tapi kehilangan makna.
Kamu akan tetap tersenyum, tapi kosong di dalam.
Kamu akan hidup, tapi tidak benar-benar merasa hidup.
Burnout yang tidak ditangani bisa berubah menjadi depresi, gangguan kecemasan, bahkan keinginan mengakhiri hidup. Dan yang paling menakutkan? Tidak ada yang tahu... karena kamu terlihat baik-baik saja.
Bagaimana Saya Mulai Pulih (dan Memaafkan Diri)?
Saya tidak sembuh karena motivasi di Instagram. Saya tidak tiba-tiba "kuat" karena ikut seminar. Saya mulai pulih saat berani mengakui:
"Saya lelah. Dan itu tidak apa-apa."
Saya mulai pulih saat berhenti pura-pura. Saat meminta tolong. Saat duduk di ruang konseling dengan tangan gemetar, dan berkata: "Saya tidak tahu harus bagaimana."
Dan ternyata, itu awal dari segalanya.
Mungkin, Kita Semua Butuh Sedikit Lebih Lembut pada Diri Sendiri
Burnout bukan sekadar kata keren. Ia adalah panggilan tubuh dan jiwa untuk dipedulikan. Jadi, kalau kamu merasa lelah tapi tak tahu kenapa, kehilangan semangat tapi tak berani mengakuinya---berhenti sejenak. Dengarkan tubuhmu. Dengarkan hatimu.
Karena dunia tidak akan hancur hanya karena kamu mengambil napas. Tapi dirimu bisa hancur jika kamu terus memaksa tersenyum dalam luka yang tak terlihat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI