Di pekarangan rumah, saya menanami aneka sayur-mayur dan buah. Ada kangkung, terong, bayam, kemangi, slada, pandan, tomat, cabe, daun jeruk purut, serta belimbing wuluh. Beberapa pohon buah juga saya tanam --- pepaya, srikaya, belimbing manis, jambu, dan blewah. Perlahan, tanaman-tanaman ini mulai tumbuh subur, memberikan panen yang bisa saya petik kapan saja.
Sayur untuk masakan sehari-hari kini tersedia segar di rumah. Tomat dan cabe rawit tinggal petik. Daun jeruk purut atau belimbing wuluh siap digunakan kapan pun dibutuhkan. Bahkan, buah-buahan dari kebun kecil ini sering saya bagikan ke tetangga.
Lebih dari sekadar mencukupi kebutuhan dapur, kegiatan berkebun di rumah membawa kepuasan tersendiri. Setiap pagi, melihat tanaman yang hijau dan segar memberi semangat baru. Anak-anak pun belajar mengenal berbagai jenis tanaman dan ikut menjaga kebun sederhana kami.
Yang lebih penting, saya semakin paham bahwa jika banyak orang melakukan hal serupa, dampaknya besar. Bayangkan bila setiap keluarga memiliki kebun kecil yang produktif. Ketergantungan pada pasar dan bahan pangan impor akan berkurang. Stok pangan lokal akan meningkat. Harga bahan pangan bisa lebih stabil.
Ketahanan pangan nasional bukan hanya konsep yang megah, ia bisa dimulai dari langkah kecil di rumah kita. Dari pekarangan ke piring, dari dapur ke komunitas. Dengan memanfaatkan setiap jengkal tanah yang ada, kita semua bisa turut berkontribusi pada masa depan pangan yang lebih mandiri dan berkelanjutan. by ; Lilik Maslamah, M.Pd.I sebagai direktur BUMDESA MITRA ABADI SUMOLAWANG PURI MOJOKERTOÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI