Saya bersyukur dengan peningkatan kualitas tulisan saya tahun ini dibandingkan setahun yang lalu. Jika saya membahas kualitas tulisan yang saya hasilkan, sebagai pembanding adalah tulisan-tulisan saya pada periode sebelumnya, bukan tulisan orang lain.
Sasaran yang ingin saya dapatkan dari penilaian ini semata-mata untuk mengukur kemampuan diri dan selanjutnya memotivasi diri. Dalam buku "Buku Catatan untuk Calon Penulis", Puthut EA menyampaikan salah satu catatan yang menurut saya berkorelasi dengan upaya yang saya lakukan ini.
Dalam catatan nomor tujuh, ia menyatakan, "Anda harus yakin bahwa tulisan Anda bagus. Sebab kalau Anda saja merasa tulisan Anda jelek, jangan berharap orang lain akan menilai bagus. Kalau Anda merasa tulisan Anda bagus sedangkan orang yang membaca beranggapan jelek, setidaknya Anda sudah membuat puas diri Anda sendiri."
Pengkategorian tulisan berdasarkan kualitas pun hanya dengan melihat predikat yang diberikan Admin Kompasiana, yakni Artikel Utama, Artikel Pilihan dan tulisan yang tidak mendapatkan predikat dan saya menyebutnya sebagai Artikel Biasa.
Tidak beda dengan tahun lalu, tahun ini pun sebagian besar tulisan-tulisan saya masuk kategori pilihan. Artikel dengan predikat pilihan naik dari 39% menjadi 59%.
Rekor jumlah artikel yang saya tayangkan terjadi pada bulan Maret dan Mei dengan masing-masing sejumlah 21 dan 20 artikel. Masih belum sanggup menghasilkan satu artikel per hari.
Dua bulan terakhir saya berhasil menghilangkan warna merah alias artikel yang tak berpredikat. Cukup menggembirakan. Apakah karena frekuensinya berkurang? Mungkin juga. Barangkali dengan waktu yang relatif lebih longgar, kualitas tulisan bisa dinaikkan.
Hukum Pareto
Sekarang saya akan mencoba mengaitkan antara kualitas artikel dengan tingkat keterbacaan. Sepanjang 10 bulan di tahun 2019 ini, 29% dari artikel-artikel yang saya tayangkan dibaca oleh 65% dari seluruh pembaca artikel-artikel saya. Sisanya, 71% tulisan yang saya tayangkan dibaca oleh 35% pembaca yang mengunjungi tulisan-tulisan saya.