Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengatakan "Tidak" dengan Cara yang Tepat

26 September 2018   16:25 Diperbarui: 28 September 2018   13:16 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: istockphoto.com

Apakah Anda sering mengatakan "Ya" padahal hati kecil berkata "tidak"? Dulu saya punya kecenderungan seperti itu. Dampak yang ditimbulkannya bisa sangat merugikan.

Saya memiliki beberapa contoh peristiwa yang terjadi belasan tahun silam. Sebagian masih menyisakan kenangan buruk hingga kini.

Saya pernah punya sebuah akun asuransi yang tidak saya inginkan. Akun itu saya peroleh karena saya sulit bilang "tidak" kepada agen asuransi yang menawarkan produk mereka melalui telepon kepada saya.

Sebetulnya saya sudah menolak, namun para penjual itu bagai belut berpelumas. Dengan bersenjatakan telepon dan mesin perekam, mereka amat lihai menyusup lewat celah sekecil apa pun hingga berhasil mendapatkan kata "ya".

Di gudang saya masih tersimpan seperangkat sound system ringan yang nyaris tidak pernah saya gunakan. Saya mendapatkannya di sebuah mal kala saya mencari sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan alat pengeras suara itu.

Saat itu sekelompok sales person mencegat langkah saya dan "mengeroyok" saya dengan berbagai jurus bujukan maut mereka. Seketika lidah saya menjadi kelu hingga tak mampu menyuarakan kata hati yang ingin menyingkir dari bujuk rayu mereka.

Dua contoh di atas menunjukkan sulitnya mengatakan "tidak" yang berdampak buruk pada sisi materi. Kerugian lain yang bersifat sosial bisa lebih dahsyat lagi.

Sebut misalnya, suara bising knalpot motor anak remaja saya akan mengganggu tetangga bila saat itu saya tidak bilang "tidak" atas kreativitas modifikasi motor yang kebablasan.

Waktu saya pastinya akan banyak tersedot untuk melayani obrolan yang (mungkin) tak bermanfaat dan tak mengenal waktu seandainya saya mengiyakan semua undangan masuk grup whatsapp beberapa teman.

Bayangkan kerepotan kita bila kita selalu bilang "ya" kepada anak-anak kita tatkala mereka merengek-rengek minta jajan sembarangan.

Coba khayalkan akibat buruk balita yang minta gawai di usia yang masih amat belia, dan orang tua tidak mampu menolaknya.

Perangkap Tiga "M"

Ada beberapa alasan umum yang menyebabkan orang sulit mengatakan "tidak". Di antaranya adalah takut merusak hubungan, takut kehilangan kesempatan (misalnya kesempatan bisnis) serta takut mendapatkan balasan yang sama.

William Ury dalam bukunya "The Power of Positive No" menyebutkan adanya perangkap tiga "M" dalam kaitan dengan sulitnya orang berkata "tidak" atas sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki. Tiga "M" adalah Mengakomodasi, Menghindari dan Menyerang.

  • Mengakomodasi

Suatu ketika Anda merancang sebuah liburan bersama keluarga di akhir pekan. Mendadak di hari Jumat bos Anda minta Anda kerja lembur pada hari Sabtu dan Minggu.

Batin Anda tentu akan teriak "Tidaaakk!" Namun teriakan itu tak pernah keluar dari mulut Anda. Sebaliknya yang meluncur melalui bibir Anda justru kata "Ya" yang berbuntut penyesalan. Maka Anda sedang dalam situasi "mengakomodasi" permintaan Bos Anda.

  • Menghindari

Misalnya di tempat kerja Anda ada seorang rekan kerja yang nyebelin, sebut saja suka nyetel musik dangdut keras-keras. Suara bising saja sudah mengganggu konsentrasi kerja Anda, apalagi ditambah Anda tidak suka jenis musik yang digemari rekan Anda.

Di tengah batin yang tersiksa, Anda pura-pura tidak sedang menghadapi masalah atas ulah rekan kerja Anda. Maka, Anda sedang berada dalam perangkap "menghindari" persoalan karena tidak enak hati.

  • Menyerang

Anda tergolong orang yang tidak suka basa-basi. Maka ketika dalam suatu rapat yang Anda pimpin, ada seseorang yang mengusulkan suatu rencana yang bertentangan dengan pemikiran Anda, tanpa tedeng aling-aling Anda langsung mengatakan "tidak". Tak berhenti sampai di situ.

Anda melanjutkan kata "tidak" dengan mengatakan, misalnya "Usulan Anda tidak bisa diterima karena tidak sesuai dengan misi perusahaan kita." Dalam kasus ini, Anda telah "menyerang" anggota tim Anda. Efeknya di belakang hari, anggota tim Anda yang tersakiti akan lebih banyak bungkam.

Gunakan Metode "Tidak yang Positif"

Mengatakan "tidak" pada saat yang tepat dengan cara yang bisa diterima lawan bicara akan menyelamatkan kita dari pemborosan waktu, materi dan lain-lain. Termasuk juga perasaan.

Di luar itu, kita tidak akan merasa "berdosa" karena telah menolak permintaan orang lain. Orang yang kita tolak akan lebih legowo menerima penolakan kita.

Salah seorang anak saya yang beranjak remaja mempunyai hobi memodifikasi sepeda motor. Mungkin juga bukan hobi, bisa jadi hanya keinginan sesaat yang sedang menggebu untuk memperlihatkan siapa dirinya.

Maka, ia sudah membayangkan modifikasi seperti apa yang akan dilakukannya jauh sebelum motor terbeli. Ya, saat itu kami tengah merencanakan pembelian sebuah sepeda motor sebagai alat transportasi anak saya.

Jika saya membiarkan anak saya mengikuti nafsunya, saya bayangkan kelak dia akan mempreteli nyaris semua aksesoris motornya, termasuk menghilangkan kedua kaca spion serta mencopot knalpot orisinil dan menggantinya dengan yang memekakkan telinga.

Membiarkannya melakukan modifikasi sesuai seleranya berarti mengundang bahaya. Sementara itu, melarang hobi atau keinginannya akan menimbulkan kekecewaan. Sebuah dilema terpampang di depan mata.

Untungnya William Ury mempunyai sebuah formula ajaib. Beliau telah meracik sebuah metode yang diberi nama "Tidak yang Positif". Rumusnya adalah "Ya! Tidak. Ya?".

"Ya" pertama berfungsi untuk mengekspresikan kepentingan kita.
"Tidak" berperan sebagai sarana untuk menekankan kekuatan kita.
"Ya" kedua dimaksudkan untuk memperkuat hubungan kita dengan lawan bicara kita.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah menyatakan kepada anak bahwa saya bisa menerima kegemaran utak-atik motor anak saya. Namun demikian, saya sangat memperhatikan keselamatan anak serta kenyamanan keluarga dan ketenteraman lingkungan. Pernyataan semacam ini berfungsi untuk memberi pemahaman adanya kepentingan lain yang harus diperhatikan. Inilah "ya" yang pertama sesuai formula Ury.

Langkah kedua, saya menyatakan bahwa saya tidak akan mengijinkannya mempreteli aksesoris yang bisa membahayakan keselamatan seperti kaca spion. Saya juga menyampaikan keberatan atas rencananya mengganti knalpot dengan model yang meraung-raung, karena berpotensi mengganggu dan menimbulkan kemarahan warga sekitar.

Pada posisi ini, kata "tidak" muncul sebagai penegasan akan kekuatan kita.

Meskipun raut muka anak saya terlihat agak mendung, namun potensi pemberontakan anak akibat penolakan saya mereda karena saya telah mengawali diskusi dengan kata "ya". Bayangkan reaksi anak jika kata pertama saya adalah "tidak".

Sebagai langkah yang terakhir, saya menawarkan untuk membelikannya jenis motor dengan tongkrongan yang nampak lebih "gagah". Tentu dengan harga yang setara dengan rencana awal. Langkah ini merupakan "ya" yang kedua. Maksud disodorkannya kata "ya" kedua adalah untuk memperbaiki hubungan yang sangat mungkin merenggang akibat kekecewaan anak karena saya menolak beberapa keinginannya.

Hasilnya, kami memperoleh kesepakatan. Saya membelikannya motor "gagah" yang membuat anak saya merasa dihargai keinginannya.

Anak saya melakukan modifikasi yang wajar. Ia hanya mengganti beberapa aksesoris yang tidak berpengaruh bagi keselamatan seperti model dan warna jok dan velg. Namun, dia tidak mencopot kaca spion, hanya menggantinya dengan model yang lebih kecil dan tetap berfungsi normal. Dia mempertahankan knalpot asli dan hanya sedikit memolesnya dengan cat warna cerah.

Referensi bacaan: Pustaka: William Ury," Kekuatan Kata Tidak", Ufuk Press, 2007.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun