Mohon tunggu...
Inovasi

Dari Inge-Marie Holst, untuk 100 Tahun Otto Djaya

16 Oktober 2016   14:49 Diperbarui: 16 Oktober 2016   16:11 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Inge-Marie Holst dan Rizki A. Zaelani sedang memberikan panduan di Gallery Tour"][/caption]

Raden Otto Djaya Suntara atau akrab disapa Otto Djaya, putra Banten yang lahir menjadi seniman Indonesia mulai dari era pra-kemerdekaan hingga masa reformasi. Tidak hanya melukis, namun beliau juga merupakan pendongeng cerita dalam rentang waktu enam puluh tahun sejarah Indonesia.

Tahun 1944, Otto Djaya tergerak untuk memberikan pelatihan di Peta (Pembela Tanah Air) guna mempersiapkan perlawanan atas pergerakan rekolonisasi Belanda atas Indonesia. Pelatihan Peta yang didapat Otto menempatkan dirinya untuk mengisi posisi Mayor; komandan kompi, dalam pasukan revolusi Presiden Soekarno1. 

Hal tersebut menjadi salah satu temuan fakta yang diungkapkan oleh Inge-Marie Holst dalam bukunya yang baru saja dirilis dengan judul “The World of Otto Djaya”. Peluncuran buku tersebut bertepatan dengan satu abad kelahiran Otto Djaya (6 Oktober 1916 – 2016) yang juga dirayakan lewat sebuah pameran bertajuk “100 Tahun Otto Djaya”. Diselenggarakan pada tanggal 30 September hingga 9 Oktober 2016 lalu, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.

Buku setebal 137 halaman tersebut  dibagi atas 11 bab. Yang dimulai dengan pemaparan tentang situasi seni di Batavia sebelum munculnya Otto Djaya, lalu masa kecil dan bertumbuhnya Otto Djaya, sejarah PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia) dalam menggalang seniman Indonesia, masa kependudukan Jepang, masa revolusi Bangsa Indonesia, perjalanan Otto dan Agus Djaya (kakak dari Otto Djaya) ke Belanda, kisah kepulangan Otto Djaya ke Tanah Air hingga pernikahannya, kehidupan berkeluarga di Semarang, perjalanan dari Semarang ke Jakarta, dan penuntun cerita dari lukisan-lukisan Otto Djaya. Buku tersebut dikemas dengan sampul salah satu lukisan Otto Djaya yang berjudul Punakawan, yang dibuatnya pada tahun 1986.

Seorang peneliti, kurator, sekaligus kolektor seni dan lukisan karya Otto Djaya asal Denmark, Inge-Marie Holst merupakan sosok utama dibalik suksesnya pameran bertajuk “100 Tahun Otto Djaya”.

Because when we started to collect paintings of Otto Djaya, there was nothing about Otto Djaya. “Nothing”…There’s just beauty on the canvas. So we started thinking to find out who was Otto Djaya. How he did it, and what he do, because he is in the collection of Soekarno, 3 paintings could be a collection of Soekarno. So it must to be “something”. ”

Karena ketika kami mulai mengoleksi lukisan karya Otto Djaya, Otto Djaya tidak ada apa-apanya. “Tidak ada apa-apanya”…hanya keindahan di atas kanvas. Jadi kami mulai berpikri untuk mencari tau siapa Otto Djaya. Bagaimana ia melakukannya, dana apa yang ia lakukan, karena ia berada dalam koleksi Soekarno, 3 buah lukisannya menjadi koleksi Soekarno. Jadi itu pasti merupakan “sesuatu”. Ungkap Marie-Holst pada saat Gallery Tour, ketika ditanya apa alasannya mencari tahu tentang Otto Djaya, hingga akhirnya ia menggelar pameran tersebut.

Sebanyak 176 lukisan dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia. Pada tanggal 8 Oktober 2016 lalu dalam sesi Gallery Tour, Rizki A. Zaelani selaku kurator bersama Inge-Marie Holst dan Hans Peter Holst sang suami, memandu jalannya sesi pada hari itu. Dimulai dari gedung A yang berisi beberapa lukisan serta patung Semar, Petruk, dan Gareng yang dahulu pernah menjadi koleksi dari Otto Djaya sekaligus menjadi inspirasi Otto Djaya dalam melukis. 

Tidak hanya lukisan dan patung, namun juga dokumentasi-dokumentasi seperti rekaman wawancara, cetakan koran berita tentang Otto Djaya, cetakan sertifikat penghargaan milik Otto Djaya juga dipamerkan di dalam gedung A, Galeri Nasional Indonesia. Selama kurang lebih 1 jam, Rizki A. Zaelani menjelaskan makna serta sejarah dari setiap bahan pameran, dari mulai lukisan, patung, hingga dokumentasi Otto Djaya. Lalu dilanjutkan ke gedung C, yang berisi hanya lukisan saja yang kemudian  Gallery Tour diakhiri dengan sesi tanya jawab antara Inge-Marie Holst dengan beberapa pengunjung.

2002 untuk saya, ia (Otto Djaya) memiliki sebuah pesan. Ketika ia mulai melukis, saya tahu ia memiliki banyak pesan, dari mulai romantis, politik, hingga kebiasaan orang Indonesia. Dan seiring berjalannya waktu, ia selalu memberikan pesan itu” jawab Inge-Marie ketika ia ditanya siapa Otto Djaya baginya, oleh salah satu pengunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun