Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melahirkan Gratis dengan Jaminan Persalinan di Belitung Timur

29 Juli 2022   06:21 Diperbarui: 29 Juli 2022   06:21 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melahirkan Gratis dengan Jaminan Persalinan di Belitung Timur. (Dokpri)

Hari itu Sabtu, 11 Mei 2013. Rencananya saya akan pergi ke RSU Manggar untuk cek urin, cek darah, dan persiapan melahirkan di bulan Juni.

Jam 9:00 perut saya rasanya melilit. Di toilet saya dapati darah.

"Semoga ini sama seperti biasa," batin saya. "Tapi mengapa perut melilit?"

Jam 10:00 saya tiba di IGD RSU Belitung Timur. Tak lama, seorang dokter datang.

"Ibu sudah bukaan 4," kata dokter muda itu. "Tapi belum bisa melahirkan sekarang. Anak ibu belum 9 bulan, paru-parunya belum kuat. Andai lahir sekarang, kesempatan hidupnya hanya 25%."

Astaga! Rasa sakitnya bukan kepalang. Tapi berita buruk pula yang saya terima.

Saya pasrah ketika dokter memberikan suntikan. Lalu bidan memasang infus. Alasannya agar tidak terlalu sakit karena suntikan harus terus diberi.

Suntikan-suntikan instens diberikan. Namun, pukul 14:00 ketuban pecah. Pukul 15:00 putri kecil lahir.

"Semoga putri ini hidup," doa saya diujung kelelahan.

Putri kecil lahir dengan berat 2,1 kg dan panjang 48 cm. Dia hidup!

Setelah lahir pun ada kejadian darurat. Putri kecil harus masuk ruang perawatan khusus. Namun dia berhasil melaluinya dan hidup.

Itu pengalaman yang tidak ada duanya. Cukup satu kali saja saya merasakannya.

***

Peristiwa persalinan tiba-tiba bisa menimpa siapa saja. Puji Tuhan, saat hal itu menimpa saya, ada jaminan persalinan dari Pemda Belitung Timur.

Di masa kepemimpinan Bupati Basuri Tjahja Purnama, Belitung Timur mengalami pengobatan dan persalinan gratis.

Dengan latar belakang sebagai dokter, beliau menomorsatukan program kesehatan untuk warga Belitung Timur. 

Setelah PT Timah hengkang dari Provinsi Bangka Belitung, kedua pulau itu begitu miskin. Industri pariwisatanya pun belum berjalan.

Sekalipun di tahun 2011 novel Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata booming, tetap belum bisa mendatangkan cukup wisatawan ke Belitung Timur.

Rakyat menjadi penambang-penambang timah liar. Itupun dengan resiko meninggal terkena longsor atau tersengat petir. 

Di beberapa wilayah, bekas-bekas tambang timah diubah menjadi kebun sawit. Pohon sawit meminum air dalam jumlah banyak. Masalah air bersih pun semakin memanas. 

Yang masih beroperasi hanya tambang besi milik keluarga Ahok. Tambang itu takkan sanggup memberi makan seluruh kepala keluarga di Belitung Timur.

Di daerah perbukitan, ada pula petani-petani sahang (lada). Sayur mayur dan buah-buahan pun tumbuh subur disini. Sayangnya, petani harus bertempur dengan monyet-monyet dan lutung-lutung.

Kesadaran akan kesehatan belum ada. Andalan masyarakat ketika sakit adalah dukun.

Kesadaran untuk sekolah pun tidak dimiliki semua anak. Anak laki-laki ingin segera mencari uang dan membeli motor. Anak perempuan ingin segera menikah.

Yang ada, terjadilah pernikahan dini. Atau bahkan kehamilan di luar nikah. Tidak sedikit pula aborsi dan pemerkosaan.

Angka kematian karena kecelakaan motor tinggi. Begitu pun angka perceraian.

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan hipertensi adalah penyakit paling mematikan di Belitung Timur. Kekurangan gizi dan sakit penyakit ada dimana-mana, penyakit mental ataupun penyakit fisik.

Menghadapi masalah seperti itu, Tidak heran jika Bupati Basuki Tjahja Purnama membangun banyak fasilitas kesehatan. Bahkan membuat semua fasilitas kesehatan gratis.

***

Betapa berdedikasinya para staf kesehatan di bawah pimpinan Bupati Basuri Tjahja Purnama. 

Bidan Lusi, dialah satu-satunya paramedik di Burung Mandi. Tugasnya berat, dia harus merebut hati warga.

Warga Burung Mandi masih percaya kesembuhan dari semburan air dukun. Mereka juga percaya racikan 'aneh', yang entah terbuat dari apa.

Selain jaminan persalinan, bidan juga membantu para ibu yang baru melahirkan. Mereka memandikan bayi selama 1 minggu, setelah kelahiran. Ini pun gratis!

Tanggal 18 Mei 2013, 7 hari setelah kelahiran putri kecil. Bidan Lusi masih datang untuk memandikan bayi. (Dokpri)
Tanggal 18 Mei 2013, 7 hari setelah kelahiran putri kecil. Bidan Lusi masih datang untuk memandikan bayi. (Dokpri)

Tiap bulan, bidan Lusi menyelenggarakan Posyandu. Tugasnya ini dibantu dengan beberapa ibu di Dusun Burung Mandi.

Selain kegiatan Posyandu, bidan Lusi juga rajin mengunjungi warga lansia. Dia menanyakan kabar, mengukur tensi, dan memberikan obat generik gratis.

Di hari ke-40, setelah melahirkan, saya jatuh sakit. Keluarga di Belitung justru lebih mempercayai dukun.

Saya buang semua air-airan dan racikan aneh. Lalu menghubungi bidan Lusi. Dan kehadirannya benar-benar amat membantu.

"Bu, terima yah," kata saya pada bidan Lusi. Seraya memberikan amplop pada dia.

"Ayo, minum obatnya," ujar bidan Lusi. "Istirahat. Ngga perlu mikirin seperti ini. Saya sudah digaji Pemerintah."

Semua yang dia lakukan untuk saya ataupun warga lainnya free of charge!

Tanggal 23 September 2013, putri kecil sudah tumbuh menjadi anak yang kuat. (Dokpri)
Tanggal 23 September 2013, putri kecil sudah tumbuh menjadi anak yang kuat. (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun