Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Stimulasi Bicara untuk Atasi Keterlambatan Bicara

20 Juli 2022   09:33 Diperbarui: 20 Juli 2022   09:40 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stimulasi Bicara untuk Atasi Keterlambatan Bicara. (Dokpri)

Nurliana antusias mengawal tumbuh kembang Oppie tanpa terlewat. Dia berikan stimulasi bicara yang tepat sesuai usia anaknya.

Nurliana tahu arti dirinya sebagai seorang ibu. Orang yang memegang peran untuk merawat anak hingga dewasa. Satu tugas diantara ribuan kewajibannya adalah melatih bicara.

"Bicara dan kemampuan berbahasa adalah keterampilan yang penting," ujar Nurliana. "Anak membutuhkan keahlian bicara hingga dewasa, bahkan hingga akhir hidupnya."

Nurliana tidak memiliki pengalaman sebagai ibu. Dia belajar menjadi orang tua yang baik dari internet. Dia membaca artikel-artikel parenting.

Untuk memberi stimulasi bicara yang tepat, Nurliana terinspirasi oleh artikel Help Your Baby Learn to Talk. Namun pada prakteknya, Nurliana banyak melakukan improvisasi.

Nurliana memegang prinsip berakit-rakit ke hulu. Dia membuat dirinya aktif berbicara, sekalipun sifatnya pendiam.

Dengan hati baja dan urat kawat, Nurliana melatih Oppie bicara. Usahanya itu demi masa depan gemilang sang buah hati.

Nurliana mengatakan ini trik yang dia gunakan saat Oppie berusia 0 hingga 6 bulan: 

  • Mendekap bayi, untuk mendapatkan responnya.
  • Katakan apa yang sedang Anda lakukan padanya. Misalnya "mandi", "tukar baju", dan lainnya.
  • Nyanyikan lagu-lagu, agar mereka kenal nada dan mempelajari bahasa.
  • Bicara sambil bernyanyi, untuk menarik perhatian sang bayi.

Nurliana terindikasi HSP (Highly Sensitive Person). Dia kurang suka bersentuhan dengan orang lain. Sentuhan membuat dirinya kurang nyaman.

Di rumah, dia jarang menggendong Oppie. Dia membiasakan Oppie di atas ranjang atau karpet. Namun, beberapa kali sehari dia mendekap anaknya dan menciuminya.

Sehari-hari Nurliana menyanyikan lagu anak-anak. Sesekali dia berbicara sambil menyanyi. Cara itu cukup ampuh untuk menarik perhatian Oppie.

Dengan intens, Nurliana mengatakan apapun yang dia lakukan. Misalnya "Minum susu", "Makan biskuit", "Oppie mandi", dan lainnya.

Suatu hari, Nurliana menemukan website Generos. Dari situlah Nurliana mengetahui Generos sebagai nutrisi kecerdasan otak.

Nurliana tertarik dengan informasi yang tersedia di website Generos. Awalnya dia tidak tahu tentang keterlambatan bicara. Berita berikut ini yang menggugah kesadarannya.

Generos Indonesia

Orang tua wajib waspada, 5 - 8% anak di Indonesia mengalami keterlambatan bicara dan meningkat setiap tahunnya.

Kepalang basah, Nurliana mempelajari tentang keterlambatan bicara. Tanda-tandanya adalah gangguan bicara, gagap, tantrum, pasif, dan terlambat jalan. Lalu dia lebih dalam menggali dari artikel Kenali Faktor Penyebab Speech Delay pada Anak.

Dari penelusurannya, Nurliana menemukan jika keterlambatan adalah gejala awal autisme atau  kekurangan nutrisi otak. Hal itu dibacanya di artikel Speech Delay pada Balita, Perhatikan Nutrisinya!

Desti Silviana, Public Relation Generos Indonesia, mengatakan jika nafsu makan anak baik, maka pertumbuhan saraf otak dan tumbuh kembangnya juga optimal.

Selangkah maju, Nurliana menemukan artikel Waspada, Speech Delay Pengaruhi Akademik Anak, loh! Ternyata, keterlambatan bicara berpengaruh pada kognitif dan perilaku sosial anak.

Saat anak masih bayi, seperti Oppie, Nurliana sulit mendeteksi potensi keterlambatan bicara. Namun, Nurliana menemukan angin segar di artikel Hari Mendongeng: Terapi Speech Delay yang Efektif. 

"Membacakan cerita dapat merangsang tumbuh kembang kemampuan otak anak," kata Nurliana. "Saya akan lakukan yang terbaik. Membacakan cerita toh mudah. Seandainya ada masalah, pasti akan segera tampak."

Saat Oppie berusia 6 hingga 12 bulan, Nurliana menggunakan strategi latihan berikut:

  • Menunjuk dan mengajarkan berbagai macam nama benda. Seperti "Ini singa", "Ini buku", "Ini kursi", dan lainnya.
  • Membaca buku cerita sederhana bersama-sama.
  • Bermain sambil bergerak, berbicara dan mendengar. Misalnya permainan petak umpet.

Pantang berbalik surut, Nurliana membuat materi-materi pengajaran bicara dengan laptop. Dia membuat video-video angka, abjad, binatang, benda-benda sehari-hari, warna, buah, dan sebagainya. 

Nurliana juga menggunakan buku sebagai bahan ajar. Dia memilih cerita yang sederhana, buku yang berwarna, dan harga yang terjangkau.

Keluarga Nurliana juga turut membantu. Mereka membawa Oppie ke mal atau sekedar bermain dengan Oppie di rumah. Sedangkan Nurliana menikmati 'me time'. 

Setiap hari, pagi dan sore, Nurliana mengajak Oppie jalan kaki di sekitar rumah. Sambil bergerak, mereka bermain, dan latihan bicara. Nurliana melatih Oppie kapan pun.

"Saya bahagia," kata Nurliana. "Di usia 9 bulan, Oppie mampu mengucapkan banyak kata. Artinya,  stimulasi bicara untuk Oppie boleh dikatakan berhasil. Disamping, bakat bahasanya memang tinggi."

Saat Oppie 12 hingga 18 bulan, Nurliana menerapkan stimulasi bicara berikut:

  • Memperbaiki ucapan anak yang kurang lengkap, bukannya menyalahkannya. Hasilnya, anak menjadi berani mencoba.
  • Menambah kosakata anak, dengan cara meningkatkan jumlah kata benda. Paling efektif lewat memberi pilihan.
  • Menyanyikan lagu anak-anak sambil membuat gerakan. Tujuannya, agar anak mudah menghafal lirik dari gerakan.

"Usia 12 bulan, Oppie sudah lancar bicara," ujar Nurliana. "Hanya kadang-kadang ada kata yang kurang jelas. Ketika hal itu terjadi, saya melengkapi perkataannya."

"Saya bersyukur, kami punya kesempatan mengunjungi kebun binatang," kata Nurliana. "Di sana, Oppie dapat melihat langsung, mengucapkan nama binatang, menambah kosakata, dan berinteraksi dengan orang lain."

"Ini masa-masa paling gokil," Nurliana menjelaskan. "Selisih umur saya dan Oppie 35 tahun. Bayangkan, di usia 36 tahun saya harus menari-nari sambil bernyanyi. Tapi, tetap saya jalankan untuk kebaikan dia." 

Ketika Oppie berusia 18 hingga 24 bulan, Nurliana melakukan hal-hal ini:

  • Mengulang-ulang kosakata sehari-hari, terutama gabungan kata benda dan kata sifat yang ada di sekitar. Seperti "Daun hijau", "Pensil pendek", "Meja besar", dan lainnya.
  • Memberikan perintah sederhana. Tujuannya agar anak mampu mengingat kosakata dan tahu apa yang harus dilakukannya.
  • Membatasi screen time. Bermain atau membaca buku bersama-sama lebih baik, sebab menolong anak untuk belajar berbicara.

Nurliana menggunakan kebersamaan mereka untuk mentransfer kosakata baru. Dia juga mengulang-ulang kata-kata benda dan sifat. Tujuannya hanya satu, Oppie dapat mengingat dan mengucapkan kata-kata itu.

Nurliana juga melibatkan Oppie dalam pekerjaan rumah ringan. Misalnya "Tolong ambil sapu", "Tolong ambil pel", "Ambil 2 gantungan baju", "Ambil tas biru", "Buka jendela", "Tutup pintu", dan sebagainya.

"Pada dasarnya, kami berdua penikmat film kartun," kata Nurliana. "Tapi, saya juga membatasi screen time. Dia harus belajar, tidur, olah raga, bermain, dan bersosialisasi."

"Oppie belajar bicara dari buku-buku seperti ini," ujar Nurliana, sambil memperlihatkan buku 3 dimensi Felicity Wishes. "Atau buku-buku lainnya. Yang penting, ada gambar dan berwarna."

Nurliana berkata bahwa mengawal tumbuh kembang anak adalah hal yang penting. Orang tua dapat memberikan stimulasi bicara yang tepat sesuai usia anak. Seandainya ada tanda-tanda keterlambatan bicara, maka dapat diantisipasi sedini mungkin. 

Menurut Nurliana, faktor-faktor kesuksesan dia adalah kedekatan dan frekuensi stimulasi bicara. Selain, Oppie sendiri memiliki bakat bahasa yang tinggi. Sedangkan mengenai cara, Nurliana berpendapat, "Ada 1001 jalan menuju Roma." (*)

Keterangan:

  1. Nama-nama yang digunakan fiktif.
  2. Kisah diambil dari kejadian nyata.

#lombamenulisgeneros

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun