Mohon tunggu...
Muhammad Umar
Muhammad Umar Mohon Tunggu... Konsultan - Mari merawat imajinasi!

Mari merawat imajinasi! hasilketikantangan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Cara Cepat Menjadi Kaya

29 Desember 2019   11:51 Diperbarui: 30 Desember 2019   19:17 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Martina Bulková from Pixabay (https://pixabay.co)

Obrolan pun terus mengalir sambil kita menghisap batang demi batang rokok dalam bungkus yang sama. Setiap cerita sukses kita bahas. Obrolan kita mengarungi dunia untuk menemukan jawaban itu.

Nama-nama seperti Warren Buffett, Steve Job, Bill Gates, sampai Hartono family dan Ciputra tak luput kita sebutkan. Namun, semakin kita mencari, semakin kita tahu bahwa semuanya berproses sedemikian rupa.

Hingga keheningan hinggap diantara kita setelah 3 jam memerah kemampuan akal. Samar-samar gelak tawa pengunjung lain terdengar di telinga. Detak detik jam saya terasa terdengar keras. Kita sudah menumpahkan semua.

Jari saya sesekali mengetuk meja untuk menghilangkan keheningan sejenak. Kemudian saya tarik ponsel dari permukaan meja dan mengetik "cara cepat kaya" dalam mesin pencari. 

Saya mengerutkan dahi dan menunjukan layar ponsel saya kepada Aryo. Kita saling memandang. Tiga situs teratas menjadi acuan Aryo mengambil keputusan. Ia menepuk paha seolah baru saja memperoleh titik temu. "Kita coba," katanya.

"Hal ini bukan cara kita, Yo," ujar saya.

"Tak peduli, otak ini hanya berpikir bagaimana membahagiakan Sekar."

Saya sulit membantah. Sampai akhirnya saya iringi Aryo kemanapun menuju objek yang menjadi tujuan. Jatah cuti saya relakan. Banyak biaya telah saya korbankan. Pun tenaga dan pikiran dikeluarkan dengan penuh keikhlasan.

Tentu saja, untuk memenuhi ambisinya.

****

"Jadi apa yang harus kulakukan Don?" ujar sekar. Lamunan saya pun ambyar terkait tindakan Aryo. Suara Sekar terdengar sedikit bergetar, sulit untuk berbicara normal. Sesekali ia menghapus jentik air yang ingin keluar dari matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun