Sahabatku memelukku erat. “Sabar ya mbak Sibah, Allah selalu ada untukkmu. We love you because Allah.”
Mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit, pulang menuju rumah masing-masing.
-------------------
Mentari memancarkan sinarnya begitu terang benderang.
Senyumnya, semangatnya membuatku lebih tegar. Air mata ini yang dahulu sering jatuh, sekarang diganti tetesan air mata bahagia. Bang Eka berangsung pulih meskipun tidak bisa seperti sediakala.
Dua minggu dirumah sakit, dokter mengijinkan pulang. Kontrol ke rumah sakit rutin dilakukan sesuai anjuran dokter.
“Aku rindu senyummu dinda. Maafkanlah aku menyusahkanmu.”ucap bang Eka padaku.
“Jangan bicara seperti itu bang, aku akan setia mendampingimu.”senyum padanya.
“Kau dan Ridho adalah anugerah terindah yang Allah kirimkan untukku.”syukur bang Eka.
“Ayah...Ridho kangen ayah. Nanti Ridho yang ajak jalan-jalan ayah ke taman kalau sore.”Ridho kangen ayahnya.
Syukur kami padaMu Ya Allah, masih Engkau anugerahkan nafas untuk kami. Ketika sakit syukurnya harus ditambah untuk mengingat saat sehat, karena memang benar sehat itu mahal harganya.