Mohon tunggu...
Lidya Gusti
Lidya Gusti Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ahli Sastra, mengajar B.Indonesia di SMP N. 5 Padang panjang

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Cecak Kehilangan Ekor

15 Mei 2018   21:40 Diperbarui: 15 Mei 2018   21:45 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah rumah mewah di daerah perkotaan, hiduplah antara cecak, nyamuk, dan kucing. Tetapi mereka tidak pernah akur padahal cecak tidak pernah menganggu kucing. Cecak hanya mengincar nyamuk-nyamuk yang berkeliaran di dinding rumah majikan mereka. Sementara kucing senang sekali mengintai cecak untuk jadi santapannya.

            Malam itu udara sangatlah panas sementara rumah majikan mereka berada di daerah pantai. Udara alangkah panasnya  sementara lampu rumah majikan terang benderang. Cecak mulai berlari-lari di dinding untuk menangkap nyamuk dengan menjulurkan lidahnya.

Alangkah kenyangnya cecak pada waktu itu dengan banayaknya dia memakan nyamuk. Tanpa disadarinya kucing siap untuk menangkapnya. Untung saja cecak sigap untuk melarikan diri ke loteng rumah majikannya. Kucing hanya menatap dari arah lantai cecak yang sudah berada tinggi jauh darinya.

            Cecak merasa tidak aman sekali atas perlakuan kucing. Pernah suatu hari dia bertanya pada kucing. "Kucing, mengapa engkau suka memakanku," tanya cecak. "Sama dengan diri kamu, yang suka sekali memakan nyamuk," jawab kucing menantang. Cecak tidak bisa menjawab karena yang dikatakan kucing itu benar. Tetapi dia ingin sekali hidup aman tanpa ada yang menganggu.

            Malam itu cecak kembali menjalar di dinding rumah majikannya untuk mencari nyamuk. Dia sangat hati-hati akan perlakuan kucing atas dirinya. Tetapi nyamuk tidak ada di loteng dan malahan nyamuk banyak yang bertebangan rendah dan hinggap di dinding paling bawah. Karena perutnya lapar akhirnya dia menjalar ke arah bawah dengan kurang hati-hati. Dengan sekejap dia bisa menangkap nyamuk dan sekejap itu pula tubuhnya berada dalam mulut kucing.

            Cecak menggeliat sekuat tenaga dari mulut kucing. Dan akhirnya dia bisa lepas dari mulur kucing. Tetapi hanya tubuhnya saja yang bisa selamat sementara ekornya terlepas dari tubuhnya. Sambil berlari cecak menangis karena ekornya tidak ada lagi. Namun dia selamat dari cengkaram kucing. Dia masih melihat ekornya tertinggal dan bergerak-gerak sendiri.

            Cecak menangis teringat ekornya yang buntung. Dia sangat sayang sekali dengan ekornya yang panjang dan ramping. "Bagaimana nasib tubuhku ini tanpa ekor?" isak cecak di sudut dinding. Dia merasa minder sekali dengan tubuh tanpa ekor. Cecak tidak mau keluar dari sarangnya karena sangat malu dengan keadaan tubuhnya.

            Beberapa hari kemudian cecak sangat terkejut, karena ekornya sudah mulai muncul kembali. Dia memperhatikan dengan jelas bahwa sudah muncul ekor baru. Dia sangat kegirangan dan berteriak kesenangan. "Ekorku tumbuh  lagi ," kata cecak. Tiba-tiba dari arah luar rumah muncul suara aneh. "Cecak aku membantumu untuk menumbuhkankan lagi ekormu yang terpotong. Kamu sangat baik sekali telah membantu kami membasmi nyamuk-nyamuk yang menganggu tidur kami!" kata suara aneh itu. " Tenanglah cecak, kalau ekormu putus jangan cemas dan menangis, itu adalah pengecoh untuk menyelamatkan dirimu," kata suara aneh itu. Cecak masih tercegang dan masih mencari sumber suara. Tetapi dia tidak menemukan suara itu. "Terimakasih, kamu telah menolong saya,"  kata cecak senang.

            Sejak kejadian itu, setiap ekornya terpotong maka ekor itu tumbuh kembali seperti sediakala. Apalagi kalau dirinya tertangkap oleh kucing, maka cecak melepaskan ekornya dan kucing terkecoh dan hanya mendapatkan ekornya saja. Dan cecak sangatlah senang.

            Kalau kita berbuat baik maka kalau kita berada dalam kesusahan maka ada saja pertolongan untuk kita tanpa diminta-minta. Berbuat baiklah setiap saat.

 

            

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun