Mohon tunggu...
Lia Pram
Lia Pram Mohon Tunggu... Freelancer - a writer

"Just life, we're still good without luck. Even if you lose your way, keep taking light steps that make a click clacking sound. Take your time. There's no right, honestly perhaps everyone wants to cry. Maybe they get angry because they don't want to get sad." –Lee Jieun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pasca PHK: Kekuatan untuk Bangkit

20 Agustus 2023   21:25 Diperbarui: 22 Agustus 2023   10:26 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengangguran | Sumber: Freepik

Tetapi hal itu sering saya urungkan karena baru menghabiskan seperempat bagian buku, saya sudah menangis. Terlebih setelah saya terkena PHK, saya semakin tidak kuat melanjutkannya karena kata-kata dalam buku tersebut begitu mengena.

Sebenarnya, pada saat mengetik tulisan ini, saya sudah memasuki bulan kedelapan menyandang status sebagai pengangguran.

Saya masih ingat betul. 8 November 2021 adalah hari di mana saya mulai bekerja di salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia. 

Meski tertatih-tatih karena ada banyak hal yang harus saya kuasai dengan cepat agar bisa deliver pekerjaan dengan maksimal, saya senang sekali! Rekan-rekan dan lingkungan kerja yang begitu suportif, atasan saya pun luar biasa. 

Sesi one-on-one bersama atasan saya selalu mendebarkan namun penuh semangat karena hanya dalam waktu kurang dari tiga puluh menit saja yang keluar dari mulutnya ilmu semua.

Terus terang, saya adalah orang yang sedikit pemalu dan terkadang canggung. Tapi berkat berbagai dorongan dan dukungan, serta melihat bagaimana rekan-rekan saya bekerja, saya tergerak untuk sedikit demi sedikit mulai lebih berani bersuara, menyatakan pendapat, diberi challenge untuk menjadi PIC beberapa proyek dalam waktu dekat, mengambil beberapa keputusan penting, bahkan memberikan materi melalui webinar di hadapan ratusan online sellers di Indonesia. Saya banyak bertumbuh di sini.

Saya punya banyak teladan di sana sehingga saya bertekad, suatu saat nanti jika saya menjadi seorang leader, saya ingin bisa seperti mereka. 

Saya mulai merencanakan banyak hal, termasuk menabung untuk mengikuti kursus saham dan digital marketing, kelas yoga, mencari tempat hunian baru, menabung untuk membantu kebutuhan keponakan dan bisnis nastar kakak ipar saya, hingga bercita-cita ingin pensiun di perusahaan ini saja. Saya ingin mengembangkan karier di sini, tidak mau pindah ke perusahaan lain.

Ada satu momen di mana setiap Kamis kami mengadakan internal meeting untuk sesi sharing. Saat itu, salah seorang rekan kerja saya mengangkat topik mengenai cita-cita.

Pembahasan tersebut berakhir dengan saya yang tidak berhenti kembali memikirkan mimpi, passion, dan purpose saya sebenarnya dalam berkarier. Apa tujuan saya dalam hidup ini? Apa yang saya kejar, nikmati, dan seriusi? Adakah mimpi atau cita-cita terpendam yang belum terwujud, yang bisa menjadi pemantik agar saya terus berusaha keras dan menjalani hidup dengan "lebih hidup"?

Sejak kecil, saya selalu menggebu-gebu ingin menjadi seorang penulis ataupun editor, tapi tidak sedikit pun karya saya yang pernah terselesaikan. Jangankan dimuat di majalah atau diterbitkan menjadi sebuah buku, terkadang baru menyelesaikan dua-tiga bab cerita saja sudah saya tinggalkan. Apakah passion saya masih menjadi seorang penulis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun