Mohon tunggu...
Lia Lathifa
Lia Lathifa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Being Healthy and Happy

Ibu | Pemerhati | Pecinta Rujak | Suka Naik Kereta | FB: BundaShidqi Lia | IG: @lia_lathifa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sikap Bijak Gizi dengan Mindfull Parenting

20 Oktober 2021   09:07 Diperbarui: 20 Oktober 2021   09:20 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orangtua ingin anaknya sukses di masa depan dengan tubuh sehat dan pikiran cerdas, sama sepertiku. Namun sayang, masih banyak orangtua rendah literasi gizi dan kesehatan. Beneran sayang! Masih banyak mamah muda yang galau tidak siap hamil dan tak tau bagaimana cara merawat bayi sejak awal.

Kasus yang sering terdengar masih banyak yang membuang kolostrum yang berwarna kekuningan yang dianggap 'ASI basi'. Atau masih banyak ibu atau nenek yang memberikan kental manis sachet untuk pengganti ASI dan susu.

Aduh, sedih banget deh, padahal KENTAL MANIS BUKAN SUSU. Itu hanyalah topping "penyedap" makanan selingan. Fakta ini disampaikan oleh Arif Hidayat SE., MM, Ketua Harian YAICI pada Webinar bersama @sahabatYAICI hari Selasa kemarin. Ada sekitar 26.1% anak usia 3 - 4 tahun diberikan kental manis, sehingga banyak anak yang gizi buruk, menyebabkan anak-anak gagal tumbuh (stunting), kurus layu, overweight, diabetes tingkat 1, anemia.

Akibatnya apa?

Menurut Dr. Ali Alhadar, SpA(K) Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, stunting bukan saja ditandai dengan tumbuh pendek, namun perkembangan emosional dan daya pikirnya pun tertinggal. Stunting itu bukan cebol, bukan keturunan. Belum tentu ayahnya pendek, anaknya pendek. Jika asupan gizinya baik, anak akan tetap bertubuh tinggi meski orangtuanya pendek.

Akibat buruk lainnya, jika anak overweight, ke depannya akan lebih mudah terkena penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung, hipertensi, kepercayaan diri rendah, dampak buruknya lebih banyak akibat kondisi ini. Kamu tahu kan berapa biaya berobat kalau sudah kena penyakit diabetes atau jantung?

Indonesia masih membutuhkan generasi yang berkompeten dan sehat, sehingga anggaran kesehatan dapat diminimalisir, mencegah pengangguran, dan ekonomi pun membaik. Lalu apa jadinya kalau generasi muda sudah banyak yang sakit?

Lalu, bagaimana jika Kental Manis ini tetap disukai para anak dan ibu-ibu dan peredarannya pun masih banyak di warung, minimarket, bahkan di beberapa tempat jajan? Menyikapi hal ini, kita semua tetap harus bijak. Ayo, bangunkan kesadaran gizi keluarga melalui "Mindfull Parenting."

Asuhan Nutrisi Anak Sejak 1000 Hari Pertama

Dokter Ali mengharapkan bahwa penggunaan kental manis ini tidak diberikan lagi pada ibu hamil dan anak balita. Sebaiknya ada kerjasama antara tenaga kesehatan, posyandu, dan masyarakat untuk menyadarkan bahwa kental manis bukanlah susu.

Semua ibu maupun calon ibu, ayo mulai banyak belajar agar mengetahui dan memantau perkembangan dan kesehatan anak sejak 1000 hari pertama yang terhitung sejak kehamilan hingga usia balita, bukan sejak bayi lahir. Di waktu inilah perkembangan sel-sel otak sangat berkembang pesat.

Lakukan hal-hal berikut ini agar anak terlahir dengan sehat:

* ketika hamil, selalu periksakan diri dan konsultasi gizi agar asupan makanan bergozo tercukupi, sehingga dapat mencegah anemia, pendarahan, atau cacat lahir.

* Sejak lahir pantau TB, BB, Lingkar Kepala bayi hingga balita dengan tepat. Tidak menimbang dengan baju dan pampers. Catat dan cek di buku KIA.

* Berikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, dan lanjutkan MPASI, serta lakukan imunisasi dasar lengkap

* Tidak memberikan kental manis sebagai minuman. Ingat, #KentalManisJanganDiseduh ya! Itu hanya untuk penambah rasa pada kue dan cemilan.

* Sajikan makanan mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Jika pemberian pola makan sudah baik, maka anak pun tidak akan meminta susu.

* Berikan porsi kecil tapi sering, artinya jangan memberikan makanan terlalu banyak, namun berikan dengan variasi menarik dan porsi yang sesuai dengan usia anak.

Dok. pribadi 
Dok. pribadi 

Aku pun setuju dengan pemaparan dokter Ali, kalau anak makannya kenyang, maka tak ada lagi rengekan minta permen atau makanan manis termasuk Kental Manis. Makanya aku suka bikin variasi cemilan yang sehat dan enak untuk memenuhi nutrisi anakku.

Contohnya puding daun singkong paya. Hehe, pasti kamu kaget ya, kok bisa? Ya bisa dong, buktinya anakku suka banget. Untuk menghilangkan getahnya, remas-remas dulu daunnya, lalu cuci bersih dengan air hangat, diblender, dan masak dengan puding instan rasa melon, tak lupa berikan susu formula agar lebih sempurna rasanya.

Mendidik Anak Dengan Welas Asah, Asih, Asuh.

Selain asupan gizi, ibu Melly Kiong founder Komunitas Menata Keluarga (EMKA) mengatakan, untuk membentuk karakter anak yang baik dan sehat diperlukan welas asih dari keluarga, terutama ibu.

Ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Jika anak merengek, jangan langsung dimarahin, tapi ajak dulu diskusi, "begini lho nak, bunda tak bisa kasih kamu kental manis ini atau es krim itu, karena nanti kamu akan mengalami bla, bla, bla". Hal ini akan membentuk karakter anak akan lebih berfikir dan mau mendengar.

Dok. pribadi 
Dok. pribadi 

Lakukan pengasuhan yang kompak bersama suami, mertua, tetangga. Bahkan dalam penyampaian kita sesuaikan dengan usia anak. Pastinya sebelum menuntut anak menjadi baik, alangkah baiknya ibu dan ayah harus mencontohkan agar menjadi sosok yang:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
2. Tidak langsung menghakimi
3. Pengendalian emosi diri
4. Adil dan bijak
5. Welas asih

Dalam hal ini kita bisa menjadi teman dan partner anak sejak dini. Seperti kami ini, suka bermain dan olahraga bareng di pagi hari. Manfaatnya kita jadi semakin dekat, hati gembira dan tubuh pun sehat. Men sana in corpore sano, jiwanya kuat, badannya sehat.

Dok. pribadi 
Dok. pribadi 

Jika calon generasi muda Indonesia tumbuh sehat, bahagia, dan cerdas, tentu saja negara ini akan mendapatkan bonus demografi, yaitu memiliki penduduk yang berkualitas mencapai kemajuan pertumbuhan dan perekonomian yang baik.

Perhatian Ayah Menjadi Kunci Nomor Satu

Menarik nih..

Aku pun senang banget deh ketika ibu Rahayu Saraswati mantan Anggota DPR RI selaku narasumber mencurahkan perasaan sekaligus mengkritisi bahwa jangan hanya ibu yang dibebankan dalam pengasuhan nutrisi dan pendidikan di rumah.

Kuncinya, ayah pun harus sigap penuhi perhatiannya pada istri dan anak-anaknya. Beliau bilang, sepusing apa pun mikirin negara, ASI tetap lancar. Tapi kalau lagi ngambek sama suami karena dicuekin, mendadak ASI pun jadi seret. Psikologi ibu anjlok, anak pun akan menjadi korban.

Banyak kekerasan dalam rumah tangga, mengakibatkan anak menjadi broken home, jiwanya labil, tidak bahagia, sehingga jangan salahkan jika nantinya bonus demografi yang diharapkan menjadi mimpi saja.

Jadi yuk, mulai dari kita dan kalian, lakukan kesadaran gizi ini agar dapat menghadirkan keluarga yang bahagia, sehat, dan hebat. Indonesia bisa #21HariMenujuSehat!

Note: Sumber asli dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun