Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apakah Kita Terlalu Bodoh untuk Punya Media yang Mendorong Demokrasi?

4 Oktober 2019   09:08 Diperbarui: 5 Oktober 2019   06:32 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media dan demokrasi| Sumber: www.thedailystar.net

Pelantikan Anggota DPR RI di Media 
Adalah menarik menyaksikan apa yang ditampilkan di media pada saat pelantikan anggota DPR baru baru ini. 

Selain persiapan rapat paripurna yang dilakukan dalam suasana penuh demontrans, upacara pelantikan juga amatlah menarik. Tidak hanya sumpah dari lebih dari 500 anggota DPR itu saja, tetapi juga hal-hal yang dianggap viral.

Dandanan Krisdayanti yang dilakukan make up artis tersohor dan tasnya yang berharga ratusan juta ditayangkan ulang oleh banyak media. 

Lihat saja judul beberapa video di Youtube "Cantiknya Krisdayanti Saat Pelantikan Anggota DPRRI", "Ulik Gaya Busana Krisdayanti Saat Pelantikan Anggota DPR" atau "Makna Mendalam Batik yang Dikenakan Krisdayanti di Saat Pelantikan" (Liputan6).

Juga Mulan Jameela yang diberitakan akan menceraikan suaminya, Ahmad Dhani yang ada di dalam penjara juga ramai di media. Lalu, judul-judul yang muncul di media, antara lain: "Mulan Jameela Ditemani Seorang Pria Saat Pelantikan DPR RI 2019-2024" (Tribunnews).

Tak kalah hebohnya adalah adanya tiga orang anggota DPR yang menggandeng tiga istrinya pada saat pelantikan "Lora Fadil Bawa Tiga Istri ke Pelantikan DPR, Ini Profilnya (Detik) dan artikel tentang Lora ada di banyak media.

Saya sering bertanya, apakah memang kita terlalu bodoh ya sehingga kita gembira saja disodori berita yang tidak mewakili pemahaman apa itu demokrasi, meski ini terkait wakil rakyat. 

Memang, masih terdapat media yang mengulas pelantikan anggota DPRRI dalam konteks yang lebih luas dan strategis. Namun media tersebut dapat dihitung dengan jari. Saya tidak harus menyebut jelas tetapi untuk media yang dapat diandalkan.

Di sisi lain, di media sosial (medsos) berseliweran berita yang simpang siur terkait politik di negeri ini. Terlebih dengan adanya isu revisi Undang-Undang KPK, aroma propaganda dan perang siber sangatlah terasa.

Media dalam Proses Demokratisasi 
Memang peran media atau pers mengalami pergeseran.

Di masa reformasi 1998, pers Indonesia punya peran penting. Pers memang tidak menjadi bagian dari pelopor gerakan perubahan. Namun, pers yang menampilkan berita dan tulisan yang kritis memberi kontribusi penting dalam proses perubahan sosial dan proses demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun