Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

9 Tuntutan Papua Disepakati, Lalu Apakah Kita Kenal Papua?

11 September 2019   08:00 Diperbarui: 12 September 2019   04:18 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data 2004 mengestimasikan sekitar 60% dari penduduk adalah penduduk asli Papua. Bagi masyarakat Papua, unit sosial adalah keluarga dan klan. Sebagian masyarakat menganggapnya sebagai organisasi masyarakat basis.

Masing masing wilayah adat yang tinggal di desa memiliki lembaga adat yang mengatur regulasi sumber daya, kompensasi dan isu pribadi seperti perkawinan, moral, dan adat. Penggunaan adat sebagai media resolusi konflik adalah yang umum dipakai.

Organisasi gereja ada di tingkat desa dan pada umumnya terlibat dalam layanan pendidikan serta acuan spiritual. Di desa yang jauh dari kota, gereja sering kali merupakan infrastruktur publik satu satunya.

Lebih dari 90% desa di Papua dan Papua Barat berada di perdesaan. Transisi demografi memang sedang terjadi di Papua. Ini terjadi karena migrasi sukarela bersamaan dengan berpindahnya masyarakat asli ke kota. 

Beberapa studi menyebutkan bahwa perpindahan penduduk lebih disebabkan oleh adanya bencana dan juga untuk bekerja di perkebunan. Juga, migrasi pada umumnya karena alasan mencari modernitas. Jadi, pada umumnya migrasi terjadi karena alasan faktor yang menarik atau 'pull factor'.

Persoalan demografi di Papua juga terkait pekerja muda usia dengan tingkat pendidikan rendah. 


Sektor tenaga kerja tumbuh lambat yang dipengaruhi oleh lambatnya transisi dari sektor pertanian dan sempitnya lapangan pekerjaan di sektor pelayanan yang terbatas pada hotel dan pertokoan saja.

Penduduk Miskin Papua Meningkat di tahun 2018
Ketika ditanya tentang apa itu kemiskinan dan siapa orang yang miskin, masyarakat Papua tidak mudah untuk menjawabnya. Namun demikian, beberapa laporan terkait kemiskinan di Papua mencatat bahwa masyarakat Papua menganggap dirinya tidak miskin, melainkan 'belum beruntung . 

Ketidak beruntungan itu pada umumnya diungkapkan dengan tiadanya pekerjaan. Saya kira ini perlu mendapat perhatian pemerintah. 

Selama ini, data kemiskinan di Papua mengikuti SUSENAS yang menggunakan standar penghitungan konsumsi minimal yang ekuivalen dengan 2.100 kalori. 

Dengan perhitungan SUSENAS, kemiskinan di Papua menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 1999 tingkat kemiskinan adalah 54,75%, menurun menjadi 38,69% di 2004 tetapi meningkat menjadi 40,78% di 2006.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun