Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Konflik Apapun Soal Papua, Perempuan dan Anak Paling Menderita

30 Agustus 2019   12:04 Diperbarui: 7 Maret 2022   06:44 7931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Anak-anak pengungsi Nduga di sekolah darurat di Wamena (bbc.com)

Mama Yosepha berkata tra terima orang Papua disamakan kera berjalan. "Dong pu bahasa kasar sekali," katanya.

Konflik Berkepanjangan Papua dan Pengalaman Perempuan 
Mama Yosepha Alomang adalah tokoh dari Suku Amungme yang mendorong gerakan perempuan dan lingkungan Papua. Ia pula yang berhasil membuat Freeport McMoran, yang telah menghancurkan alam masyarakat Amungme untuk membayar ganti rugi. Untuk jasanya, ia menerima penghargaan Yap Thiam Hien Award pada 1999.

Atas peristiwa aksi rasialis di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, Mama Yosepha meminta agar pelaku ditangkap karena tindakan rasisme itu memicu respons gila-gilaan di Papua dan Papua Barat. 

Saya merasakan keprihatinan Mama Yosepha karena dampak sikap rasialis yang mengganggu perdamaian ini membawa dampak bukan hanya di Papua dan Papua Barat tetapi berpotensi pada situasi keamanan nasional.

Tak kurang, Presiden Jokowi mengingatkan kita untuk bersikap tenang dan tidak anarkis atas peristiwa ini. Saya pikir, tugas Presiden Indonesia tidaklah mudah. Indonesia sangat (dan luar biasa) kompleks.

Secara pribadi, saya harus mengaku malu, sekaligus menangis. Walau saya telah berupaya untuk membantu melakukan beberapa pekerjaan dan bolak balik ke Papua dan Papua Barat sejak tahun 2005 sampai dengan 2016, saya belum bisa membuktikan bahwa saya telah berhasil membantu masyarakat Papua, khususnya kelompok perempuan. 

Padahal, pekerjaan saya itu difasilitasi oleh lembaga multilateral, seperti Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).

Beberapa studi, desain program baru, evaluasi program yang telah berjalan, maupun fasilitasi dan advokasi lembaga lembaga di kalangan Pemda Papua dan Papua Barat untuk mendorong perwujudan keadilan adalah bagian dari pekerjaan yang telah saya coba jalankan. 

Saya selalu dengan air mata untuk kembali ke Papua. Kesedihan serupa. Isu yang sama. Keluhan yang lama. Tentu, dengan intensitas dan kompleksitas persoalan yang berbeda.

Papua dan Papua Barat memang berbeda. Untuk itu, seseorang harus paham konteks Papua sebelum memberikan pandangannya, apalagi memberikan usul dan solusi. Juga, semestinya dukungan lembaga semacam PBB perlu waktu dan sumber daya yang memadai.  Tidak bisa 'hit and run'.  Papua adalah wilayah yang kompleks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun