Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Doa untuk Negeri atas Pemilu Paling Kompleks se-Dunia

17 April 2019   19:47 Diperbarui: 21 April 2019   16:19 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengangkutan Kartu Suara di Maros (Daeng Mansyur)

Sayapun dibuat sadar untuk kesekian kali, bahwa kita sebangsa bersaudara. Sebagai saudara, kita lakukan apapun. Seabagai saudaraku kita membagi minum ketika anda haus di tengah perjalanan. Sebagai saudaraku, kita membagi uang ketika anda sedang urgen membutuhkan untuk bayar sekolah anak. Sebagai saudara, kita  membela dan ikhlas mempertaruhkan nyawa ketika ia tahu bahwa anda dalam bahaya. 

Padahal saudara kita tak selamanya seiman dengan anda, dan tak sepaham dalam politik dengan anda. Bolehkah kita sudahi semua keriuhrendahan yang ada selama ini? Tidak perlu kita ikuti gaya warga dunia lain yang terus bertengkar. Bagaimana bila kita jadikan kerukunan kita sebagai model dunia. Agar Bhinneka Tunggal Ika tidak tergantung sepi mati di kaki Garuda Pancasila.  

Meski pendek dan sederhana, saya berdoa sebisanya dan semampu saya. Semoga apa yang kita perjuangkan dan kita perdebatkan janganlah jadi sia sia. Apalagi membawa korban lebih banyak. 

Anggaplah semua itu adalah keinginan mempertahankan persaudaran sebagai bangsa yang berbagai dan ingin tumbuh setara. Jauhkan kami dari mereka yang mengaku membela kita tetapi kalkulator di kantongnya menghitung dan merampok harta kita. jauhkan bangsa ini dari para koruptor politik, korporasi dan pemeintah yang menggerogoti pembayaran pajak kita . 

Kepada siapapun yang menjadi pemenang Pemilu kali ini -- Presiden/Wakil Presiden, Anggota DPR RI, Anggota DPD, dan DPRRI -- dengar suara sederhana kami. Dengar dan perhitungkan kepentingan kami - kepentingan orang biasa yang tak mimpi soal milyaran ataupun triliunan rupiah. Namun, kepentingan untuk hidup dalam kehormatan warga bangsa. Kami hanya ingin uneg uneg kami didengar dengan sesungguhnya. 

Dengar Kebutuhan bangsa ini. Dengar persoalan kami. Persoalan pengungsi. Persoalan mereka yang tak bertanah tapi harus hidup. Persoalan mereka yang terpencil. Persoalan mereka yang mungkin masih tak sanggup makan.

Kami berharap jangan tutup pintu kantor anda. Jangan tutup dialog kita. Jangan kau tutup mata anda. Atas persoalan persoalan yang masih ada. Memang banyak pekerjaan rumah. Ini Indonesia nyata. Bukan cerita dongeng soal semua yang serba baik dan sukses. Memang ini perjuangan bersama. 

Bagi yang tidak terpilih dalam proses demokrasi ini, mohon tahan emosi dan kembali kepada kedewasaan berdemokrasi. Bangsa kita telah lelah dengan dinamika kealpaan, kesengajaan pada kekacauan, dan juga kekerasan serta pemaksaan kehendak.

Sudah cukup kekacauan yang terjadi dalam revolusi kemerdekaan, kekerasan dengan pembunuhan dalam peristiwa 1965, dan juga kekerasan dalam berbagai bentuk, termasuk kekerasan seksual di tahun 1998. Sudah cukup. Jangan buat tragedi lagi. jangan menyayat dan melukai tubuh, pikiran, dan ingatan kami

Ini demi generasi muda yang terlahir kini. Kembalilah kita pada kewarasan. Apa yang terjadi bukanlah kekalahan. Banyak tugas kita sebagai bagian dari masyarakat dan bagian dari keluarga. Turut serta benahi negeri. Hadir dalam partisipasi kemasyarakatan. Raih mimpi mimpi pribadi. Hidup kita bukan hanya untuk Pemilu 1/4 hari.

Bagi para elit politik negeri dan juga Kompasianer serta media - bantulah kami dan kita untuk menyudahi caci maki dan dusta. Demi negeri dan bangsa ini. Demi anda juga. Ingatlah bahwa andapun punya keluarga dam generasi muda yang harus anda lindungi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun