Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mawar Merekah Kembali

15 November 2020   21:17 Diperbarui: 16 November 2020   04:21 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seindah pelangi sehabis hujan. Kidung pujian berkumandang selalu walaupun sudah jatuh bangun meraih mimpi. Seringkali harapan menjauh dari genggaman. Kadang doa dan harapan serasa tidak ada jawabannya.

Kusingkirkan kembali keraguan itu yang selalu singgah di belantara angan. Aku menetapkan langkah dan tujuan walaupun seribu rebah di sisiku aku tetap yakin dan percaya. Tuhan tidak pernah menelantarkan umat-Nya. Hati yang gembira adalah obat. Wajah selalu dilumuri senyum. Tak kubiarkan berkabut. Dunia tidak selebar daun kelor.

Keping-keping impian masih berserakan. Entah sampai kapan bisa menyatu menjadi kesatuan yang utuh. Luka dan duka selalu melintas. Tak mengapa setitik cahaya masih menerangi derap langkahku. Lembayung senja memancarkan cahaya jingga ikut bersorak memberikan aku kekuatan agar tetap semangat.

Lihatlah bunga mawar yang terluka. Luka itu kini sudah membaik. Luka itu telah pudar. Kembang mawar mulai kuncup dan kelopak mawar menebar aroma dan pesona. Mawar mengalami pahit getir kehidupan. Kekeringan, kehausan, lemah tak berdaya. Kekuatan itu datang dia tetap bertahan biarpun dunia menderanya.


Sehingga pertolongan itu datang padanya membuat dia kembali bisa melihat dunia. Sang mawar kini bahagia. Kebahagiaan terpancar dari dedaunan, batang yang mulai bertunas. Sungguh indah keajaiban Sang Pencipta Bumi.
Kehidupan mawar menyadarkanku dari gelombang keputusasaan yang melanda kehidupan kami akhir-akhir ini.


Cambuk dan dera serasa menghampiri hidup kami. Aku tetap bersyukur kekeringan ini hanya sementara. Tiada yang abadi. Bila Dia berkehendak sekejap mata dunia lepas dari keterpurukan. Hanya Dia tempatku mengadu dan memohon. Hanya Dia yang selalu mendengar segala keluh kesah dan tanpa mencela sedikit pun.


Kekuatan itu datang, bumi pasti bisa kutaklukkan. Tetaplah berjalan segala duri dan ombak tak mampu menghalangi langkahku.
Stasiun harapan tetap menunggu, kelak pasti aku sampai. Perjalanan yang kutempuh merangkak pelan-pelan sehingga puncak impian masih jauh.


Kulemparkan kembali jala ke tengah lautan  impian berharap mendapatkan berkah melimpah. Kutepis keraguan yang selalu mampir  membuat kapal impian oleng. Keteguhan, ketekunan ini suatu hari nanti berbuah lebat. Kelak bintang dan rembulan tergapai.

Bekasi, 15112020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun