Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Celoteh Kerinduan Ayah

11 September 2020   22:20 Diperbarui: 11 September 2020   22:22 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ayah,
Di rumahmu yang nisan
Aku anakmu bersimbah air mata
Menghitung hari-hari sepi tanpa dirimu

Ayah,
Sampaikanlah pada surga
Bahwa aku anakmu belum menerima aturan takdirnya
Yang memanggilmu pulang
Di saat aku masih ingusan
Masih butuh kasih sayangmu

Ayah
Hari-hari terlalui berganti dekade
Aku masih berdiri di tanah yang fana
Belajar menerima realita
Tentang mata yang harus terbiasa
Menerima ketiadaan ayah
Di balai-balai dapur

Ayah
Bibirku selalu bergetar
Mengucapkan bait-bait kesedihan
Tatkala pikiran ini selalu mengenang
Sakitmu yang menyiksa
Tanpa kepedulian kerabatmu
Yang kau banggakan

Ayah
Apakah ini adalah drama hidup
Yang mana waktu sehatmu
Kau selalu dihormati dan dijunjung sanak saudara
Tapi saat sakitmu
Kau terbaring berbantal sepi
Yang dipenuhi omelan-omelan penghinaan
Dari sanak saudara

Ayah,
Bulir-bulir air mataku terus menetes
Perihal, terpejam matamu yang terakhir
Tanpa aku di sampingmu
Sehingga membuat aku memaki diriku dengan kasar
Bahwa aku tak bisa membuatmu bahagia
Dan menemanimu di detik-detik kau terpanggil pulang

Ayah,
Apa kabarmu di surga sana?
Apakah kau bisa merasakan
Beratnya hidupku
Yang menapaki jalan sengsara
Tanpa bisa mengadu segala polemik hidupku
Pada dirimu yang sangat bijak

Ayah,
Lihat dari atas
Aku bersama sepi
Selalu merebah di ranjang nestapa
Penuh gigil kesusahan
Bertahan hidup

Ayah,
Mungkin kasih sayangmu tak selembut belaian mamah
Tapi darimu aku belajar banyak hal
Bahwa hidup ini harus penuh perjuangan

Ayah,
Semoga selalu tenang di surga sana
Maaf aku terlalu berkeluh-kesah
Sebab aku masih membutuhkan sosokmu
Yang membimbing aku berjalan menatap masa depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun