Mohon tunggu...
Leopoldus Giovani Sitohang
Leopoldus Giovani Sitohang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Frater Serikat Sabda Allah (SVD)

Mahasiswa STFT WIDYA SASANA Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Domestikasi Perempuan dan Jebakan bagi Laki-Laki

17 Agustus 2021   07:48 Diperbarui: 17 Agustus 2021   21:37 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barangkali karena laki-laki memiliki kemampuan berpikir yang lebih sophisticated daripada belalang sembah atau laba-laba, maka di dunia manusia, laki-laki tentu tidak mau diperalat sebagai sekadar alat reproduksi yang habis manis sepah dimakan. Bila di dunia manusia kaum laki-laki dipaksa harus berperan seperti itu, tentu tidak ada orang yang mau menjadi laki-laki, semua pasti akan berebut untuk menjadi perempuan saja. Akan tetapi kalau penghuni dunia ini semuanya perempuan masalahnya jadi runyam juga. Oleh sebab itu harus ada taktik dan strategi yang lebih beradab, supaya di dunia manusia tetap ada yang bersedia bahkan senang menjadi laki-laki.

Supaya di dunia manusia ada orang yang bersedia bahkan senang menjadi laki-laki, taktik atau strategi menakut-nakuti jelas tidak tepat dan tidak efektif. Maka dari itu perlu dibuat aneka gaya rayuan dan bujukan supaya laki-laki terjebak. Jebakan yang dimaksud, berupa berbagai asumsi yang seolah "menguntungkan dan meninggikan" kaum laki-laki, seperti jantan, perkasa, berkuasa, pelindung, dominan, bebas, sangat rasional, sektor publik dan aneka ragam kesan yang artifisial yang penuh daya pikat.

Taktik dan strategi itu membuat orang tidak sadar, bahwa fungsi dan peran laki-laki sebenarnya tetap tidak jauh berbeda dengan belalang sembah jantan atau laba-laba jantan itu. Memang di dunia manusia perempuan tidak akan pernah memakan laki-laki. Akan tetapi, dalam beberapa hal ternyata kaum laki-laki "berperan sebagai pembantu", meskipun telah menyandang aneka asumsi yang tampaknya "menguntungkan dan meninggikan" mereka. Padahal sebenarnya di balik segala asumsi itu tersembunyi mekanisme jebakan!

Laki-laki Lebih Rasional Sedangkan Perempuan Emosional?

Benarkah pria lebih rasional ketimbang perempuan? Kesan bahwa laki-laki lebih rasional sedangkan perempuan lebih emosional sesungguhnya belum tentu benar. Dalam banyak hal perempuan jauh lebih cerdik dan rasional daripada laki-laki. Apa buktinya?

Salah satu hal yang dapat membuktikan bahwa laki-laki sesungguhnya lebih emosional ialah perilaku seksual. Misalnya kita sering mendengar bahwa banyak laki-laki melecehkan atau berbuat tidak senonoh terhadap perempuan. Ini adalah indikasi bahwa laki-laki terlalu emosional, mudah terseret nafsu seksualnya, sampai gegabah melakukan tindakan yang mengandung risiko. Sementara perempuan? Perempuan jauh lebih rasional. Ia enggan melecehkan atau berbuat tidak senonoh terhadap laki-laki. Oleh karena perempuan rasional, ia sebisa mungkin menghindari perbuatan tak senonoh. Kaum perempuan karena rasional berusaha untuk tak melakukannya karena perbuatan tak senonoh itu akan menimbulkan akibat-akibat negatif.

Berbagai penelitian menyatakan bahwa suami lebih banyak melakukan "penyelewengan" seksual daripada istri. Ini memang sudah menjadi suatu pengetahuan atau rahasia publik, kalau boleh dikatakan demikian. Sebenarnya tanpa penelitianpun banyak orang yang sudah melihat dan mengalaminya sendiri. Fenomena ini dapat menjadi salah satu bukti betapa kurang rasionalnya kaum laki-laki sehingga mudah dieksploitir perempuan.

Di mana letak lemahnya rasio laki-laki? Sekarang mari kita berpikir. Karena butuh menyeleweng biasanya laki-laki harus berkorban mengeluarkan dana khusus bukan? Siapa yang nyata menikmati dana tersebut? Perempuan! Yang nyata menikmati dana itu adalah justru para mitra selewengan laki-laki, yang nota bene biasanya perempuan. Kita juga barangkali pernah mendengar bahwa banyak laki-laki jatuh bangkrut dan karier mereka hancur akibat habis-habisan dieksploitir perempuan, mitra selewengannya. Kalau saja laki-laki tidak terlalu emosional, tentu ia tidak akan mudah terjebak bencana semacam itu! Andai laki-laki tidak telalu emosional, ia tidak akan mudah terjebak.

Dari Segi Biologis Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?

Kemudian bukti bahwa perempuan tidak lebih lemah ketimbang laki-laki tampak jelas di daya tahan seksual. Perempuan mampu multiorgasme (multiple orgasm), berkesinambungan, sementara laki-laki setiap kali orgasme harus istirahat sejenak, bahkan akhirnya malah tidak kuat sama sekali. Dalam olah biologis tubuh perempuan juga lebih lengkap dan canggih daripada laki-laki bukan? Misalnya, perempuan bisa hamil (memiliki rahim), laki-laki tidak, perempuan bisa memproduksi air susu, laki-laki tidak.

Suatu kekeliruan apabila prestasi olah raga seperti lari, lompat tinggi, angkat besi, tinju dan lain-lain dianggap sebagai bukti keunggulan laki-laki terhadap perempuan secara fisik. Mengapa? Perempuan bukannya lemah. Hanya saja kelebihan kemampuan fisik itu sengaja diberikan kepada laki-laki, sekadar supaya bisa diperalat untuk kepentingan perempuan. Laki-laki perlu bisa lari cepat agar mampu mengejar binatang buruannya, melompat tinggi agar bisa memetik buah di pepohonan, mengangkat batu-batu besar yang merintangi jalan dan mampu bertempur sengit melawan ancaman mara bahaya. Semua sektor serba susah payah itu justru menjadi tugas kewajiban laki-laki. Perempuan tinggal menikmati hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun