Mohon tunggu...
Leopoldus Giovani Sitohang
Leopoldus Giovani Sitohang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Frater Serikat Sabda Allah (SVD)

Mahasiswa STFT WIDYA SASANA Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Domestikasi Perempuan dan Jebakan bagi Laki-Laki

17 Agustus 2021   07:48 Diperbarui: 17 Agustus 2021   21:37 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya, kalau tidak diberi kesempatan, laki-plaki tidak akan mampu mendominasi perempuan. Perempuan bukan orang yang lemah. Buktinya kalian bisa menemukan deretan perempuan tangguh yang bahkan menguasai panggung militer. Kemudian kalian dapat mengamati bagaimana ayah atau ibu di rumah. Seorang ibu dapat mengurus dan merawat seorang ayah atau suami beserta anak-anak sekaligus yang sedang sakit, meskipun bahkan terkadang sang ibu juga sebenarnya sedang sakit. Tak jarang pula ibu dalam keadaan sakit masih mampu mengurus pekerjaan rumah. Pernahkah atau sanggupkah ayah yang nota bene laki-laki melakukannya?

Perempuan itu memliki fisik yang luarbiasa! Salah satu lagi contoh sederhana, coba amati seorang ibu. Jarum jam masih menunjukkan pukul 8 pagi, berapa pekerjaan yang telah dilakukan seorang ibu? Ibu telah melakukan puluhan pekerjaan! Bangun pagi, memasak, mengurus anak-anak (membangunkan, memberi makan, memandikan, mengantar ke sekolah, dll), belanja, menyapu, mengepel, mencuci pakaian, dan masih banyak lagi? Sedangkan suami?

Gengsi

Ketidakadilan terhadap laki-laki juga tercermin dalam dunia bahasa. Begitu banyak ungkapan yang menggunakan sebutan feminin, seperti ibu jari, ibu kota. Begitu banyak karya seni yang memuja ibu, sementara bapak kurang diberi perhatian bila dibandingkan dengan sosok ibu. 

Ada Hari Ibu, Hari Kartini, Menteri Urusan Peranan Perempuan/Menteri Pemberdayaan Perempuan/Perlindungan Perempuan, Anti Kekerasan Perempuan, dsb. Belum lagi ada juga ungkapan "surga berada di telapak kaki ibu". Kemudian penulis memang belum tahu pasti, akan tetapi tampaknya banyak para musisi atau pengarang lagi yang begitu mengagumi sosok ibu. Hal ini tampak dari begitu banyaknya lagu yang mengekspresikan kehebatan seorang ibu. Oleh sebab itu perempuan bukanlah sosok yang bisa diremehkan!

Bahwa banyak laki-laki yang bekerja disektor publik sementara perempuan di sektor domestik bukan berarti martabat perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Sektor publik mungkin sekilas terkesan lebih gengsi daripada sektor domestik. Akan tetapi kelebihan-kekurangan sektor publik maupun domestik sebenarnya relatif, tergantung yang melakukan. Tetapi memang kaum laki-laki yang lebih emosional itu tampaknya memang lebih mudah terjebak umpan gengsi-gengsian sementara perempuan karena lebih rasional dan cerdik, tidak terlalu ngotot untuk terjun di apa yang dinamakan sebagai sektor publik (tetapi kalau benar-benar perlu, mereka juga mampu berprestasi di situ!).

Dalam dunia ketenagakerjaan di Indonesia, sering muncul tuduhan bahwa perempuan lebih dirugikan daripada laki-laki. Tuduhan ini juga sedikit keliru. Mengapa? Alasannya karena adanya ketentuan bahwa perempuan berhak memperoleh beberapa fasilitas istimewa seperti cuti mensturasi, cuti hamil plus bersalin. Fasilitas yang sama sekali tidak bisa diperoleh atau dinikmati laki-laki.

Kesan bahwa perempuan lemah lembut, perlu perlindungan dan laki-laki gagah perkasa, juga sebuah jebakan bagi laki-laki. Apabila ada kasus perempuan yang dianiaya laki-laki, langsung banyak yang marah. Sang laki-laki dicap sebagai pengecut, penindas dan diberikan aneka predikat negatif lainnya. Tetapi sebaliknya apabila laki-laki dianiaya perempuan, reaksi yang muncul malah menertawakan laki-laki sekalipun ia menjadi korban. Lalu apabila ada bencana, seperti kapal tenggelam, siapa yang harus diselamatkan lebih dahulu? Perempuan dan anak-anak. Kaum laki-laki karena telah terjebak predikat perkasa, pelindung, dsb, harus sabar menunggu dan harus rela berkorban demi perempuan.

Sebenarnya, kalau tidak diberi kesempatan, laki-laki tidak akan mampu mendominasi perempuan. Bila mereka mau mereka juga bisa. Hal ini sudah terbukti bahwa ada banyak deretan perempuan yang menguasai panggung politik, panggung militer, panggung ilmu pengetahuan, dsb. Kesan bahwa perempuan tidak lebih unggul dari laki-laki hanya merupakan salah satu umpan untuk menjebak laki-laki, bagaimana supaya laki-laki bersedia diperalat untuk kepentingan perempuan. laki-Laki-laki dalam beberapa hal memang telah dimanipulasi berbagai ilusi serba semarak supaya bersedia, bahkan senang diperalat untuk kepentingan perempuan.

Penutup

Penulis mengucapkan limpah terima kasih karena telah setia membaca artikel ini hingga akhir. Tak lupa juga penulis memohon maaf apabila artikel ini menyinggung salah satu pihak. Melalui artikel ini penulis tidak memiliki tendensi untuk mendiskreditkan salah satu pihak. Artikel ini murni hanya untuk membagikan sedikit sejarah dan juga murni hanya untuk meluruskan asumsi-asumsi yang selama ini terkesan mendiskreditkan kaum perempuan. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun